Study Hard: Masuk dan Menyebarnya Hindu-Budha ke Kepulauan Indonesia

Jumat, 26 April 2013

Masuk dan Menyebarnya Hindu-Budha ke Kepulauan Indonesia


N. J. Krom
A. Teori Tentang Masuk dan Menyebarnya Hindu-Budha ke Kepulauan Indonesia
1. Teori BRAHMANA (J.C VAN LEUR)
Teori ini menyatakan bahwa yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan
Hindu Budha ke Indonesia adalah Kaum Brahmana dengan alasan para Brahmana
datang ke Indonesia atas undangan para bangsa India yang ada di Indonesia untuk
menyebarkan dan mengajarkan agama Hindu karena hanya kaum Brahmana yang
dapat membaca kitab weda dan berwewenang tinggi untuk menyebarkan agama
Hindu.
2. Teori KSATRIA (F.D.K. BOSCH)
Teori ini beranggapan bahwa, di Indonesia telah terjadi kolonisasi oleh orang India
yang kemudian daerah koloni tersebut menjadi pusat penyebaran budaya India
sehingga timbul gambaran bahwa orang-orang Indialah sebagai golongan penguasa
Indonesia dengan demikian yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan
HINDU-BUDHA adalah golongan prajurit atau kaum ksatria.
3. Teori WAISYA (N.J.KROM)
Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India
yang tergolong dalam kasta Waisya selain berdagang juga
membawa adat kebiasaan misalnya upacara keagamaan.
Pada umumnya mereka tinggal menetap di Nusantara dan
selain itu kemungkinan juga terjadi adanya perkawinan
antara para pedagang dengan wanita Indonesia, hal ini
dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang
penting dalam teori ini.

4. Teori SUDRA
Menyatakan bahwa agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui Kasta Sudra.
Mereka datang ke Indonesia ingin merubah hidupnya karena mereka di India hanya
dijadikan sebagai budak.
5. Teori ARUS BALIK
Menyatakan bahwa orang Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu dan
kemudian kembali lagi ke Indonsia untuk menyebarkan agama tersebut.
6. Teori GABUNGAN
Para kaum Brahmana, ksatria, Waisya, dan Sudra berkumpul dalam satu kapal
untuk mencari daerah koloni yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama
Hindu.


B. Interaksi Masyarakat Di Berbagai Daerah Dengan Tradisi Hindu-Budha.
Secara geografis Indonesia terletak dilintas jalur perdagangan internasional
melalui jalur laut yaitu India-Indonesia-Cina dan seterusnya karena adanya hubungan
dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke
Indonesia, baik pengaruh Hindu maupun Budha. Oleh karena itu pusat-pusat peradaban
Hindu-Budha banyak ditemukan di wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari jalur
perdagangan kuno antara Cina dan India.
Pada awalnya jalur perdagangan antara India dan Cina melewati Selat Malaka
namun ada juga di antara mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatra, Pantai
Utara Jawa, pantai Timur Kalimantan dan terus ke Cina. Kawasan yang dilalui jalur
perdagangan internasional seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan
mempunyai kegiatan perdagangan yang ramai sehingga mengakibatkan kebudayaan
Hindu-Budha yang tumbuh dengan subur kawasan tersebut.
Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad kedua masehi dengan
bukti ditemukannya patung dari perunggu di daerah Simpang Sulawesi Selatan, di Jember
Jawa Timur dan di Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Ajaran agama Budha yag masuk ke
Indonesia adalah aliran Mahayana yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan
Mataram pada masa Dinasti Syailendra akan tetapi dalam perkembangannya terjadi
percampuran antara agama Hindu dan Budha, khususnya di Jawa Timur tetapi ada
pendapat yang mengatakan bahwa unsur budaya lama masih dominan dalam semua
lapisan masyarakat.

C. Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Kerajaa ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di
Muarakaman, tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sumber-sumber sejarah
a) Berita Cina dari Dinasti Tang (618-908 M)
b) Arca Budha berlanggam seni arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai)
c) Arca kehidupan, seperti arca Ganesha di Serawak
Arca Ganesha
Arca Ganesha
d) Prasasti-prasasti
Tulisan pada Prasasti Yupa
Tujuh buah prasasti yang disebut dengan Yupa yang berbentuk tiang yang
dipergunakan untuk mengikat hewan korban yang diparsembahkan oleh
rakyat Kutai kepada para dewa yang dipujanya. Prasasti ini menggunakan
huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut antara lain
adalah silsilah raja yang mengatakan bahwa Maharaja Kudungga mempunyai
seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Dewa Ansuma
(Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga putra, salah seorang yang
terkemuka adalah Mulawarman.
Politik
Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Dengan masuknya
pengaruh Hindu di wilayahnya, Kudungga kemudian mengubah struktur
pemerintahannya menjadi pemerintahan kerajaan dan di perintah oleh seorang raja.
Pengaruh Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
4 Modul Sejarah Kelas XI IPS Semester 1 SMA / MA Kurikulum KTSP
Setelah Raja Kudungga mangkat, pemerintahan digantikan oleh putranya
yang bernama Aswawarman. Kerajaan Kutai mengalami masa Kejayaan pada saat
pemerintahan berada pada tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah putra
dari Raja Aswawarwan. Raja Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat, dan
berkuasa. Selain itu dia juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaum
Brahmana, dengan bukti Raja Mulawarman yang memberikan sedekah 20.000
ekor sapi kepada para Brahmana.
Sosial
Berdasarkan prasasti Yupa di Kutai telah berkembang masyarakat yang
memiliki kebudayaan hasil perpaduan antara unsur budaya India dan budaya lokal.
Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sanskerta
dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan Brahmana.
Golongan lainnya adalah golongan Ksatria yang terdiri dari kerabat Raja
Mulawarma. Selain ke dua golongan tersebut terdapat juga golongan lain yang
pada umumnya adalah rakyat Kutai purba yang masih memegang teguh agama asli
leluhur mereka.
Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran
Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan
tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat
suci untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga
dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa.
Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Dengan bukti
adanya kesanggupan pihak kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi
kepada para Brahmana. Hal itu dapat juga menunjukkan bahwa mata pencaharian
sebagian masyarakat Kutai adalah berternak, serta mengingat letak Kutai yang
berada ditepi sungai Mahakam yang subur, masyarakat juga mempunyai kegiatan
perdagangan dan pertanian.

2. Kerajaan Tarumanegara
Keajaan Hindu tertua kedua adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di lembah
sungai Citarum, Jawa Barat.
Sumber-sumber sejarah
1. Prasasti-prasasti Tarumanegara
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis dengan menggunakan
huruf pallawa dan berbahasa sanskerta, yaitu :
Prasasti Ciaruteun (Citarum)
Ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Pada prasasti ini hurufnya
terdiri dari empat baris berbentuk puisi India dan juga terdapat lukisan
laba-laba dan tapak kaki. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa
tapak itu sebagai tapak kaki Raja Purnawarman yang merupakan
penjelmaan kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Kebun Kopi
Ditemukan di daerah perkebunan kopi, Kampung Muara Hilir,
Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti ini terdapat tapak kaki gajah yang
disamakan dengan tapak kaki Gajah Airwata yang merupakan kendaraan
Dewa Wisnu
Prasasti Jambu (Koleangkak)
Ditemukan di bukit Koleangkak di daerah perkebunan jambu, sebelah barat
Bogor.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini
merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan prasasti
Purnawarman.
Prasasti Cidanghiang,
Ditemukan di tepi sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten
Selatan. Isi prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah
seorang raja yang agung, pemberani, dan perwira
Prasasti Pasir Awi,
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor. Yang memuat tapak kaki namun prasati
ini belum bisa dibaca.
Prasasti Muara Cianten,
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, namun prasasti mengunakan huruf
ikal yang belum bisa di baca.
Pengaruh Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
6 Modul Sejarah Kelas XI IPS Semester 1 SMA / MA Kurikulum KTSP
2. Arca-arca peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Arca yang ditemukan diantaranya adalah Arca Rajasi, yang berasal dari
Jakarta, dua buah patung Wisnu dan Cibuana.
3. Berita Cina
Antara lain adalah Catatan I-tsing (abad ke-7 M), berita dari Dinasti Soul,
berita dari Dinasti Tang, dan berita dari Fa-hsien.
Politik
Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan baik dengan negara-negara
lain hal ini dapat dilihat dari berita cina yang menyebutkan bahwa Kerajaan
Tarumanegara telah mengirimkan utusan ke negeri Cina. Kemajuan India di
bidang pemikiran agama menyebabkan unsur-unsur budaya India di ambil alih
oleh Kerajaan Tarumanegara, namun tindakan ini berhasil karena masyarakat
Tarumanegara mempunyai potensi yang sepadan dengan budaya India.
Sosial
Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara adalah Raja
Purnawarman, dia adalah raja besar yang telah memerintah dan meningkatkan
kehidupan rakyatnya Hal itu dapat dilihat dari prasasti Tugu yang menyebutkan
bahwa Raja Purnawarman telah memerintah penggalian Sungai Gomatti untuk
mencegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah berupa 1000 ekor sapi kepada
para Brahmana.
Berdasarkan isi dari beberapa prasasti diperoleh gambaran bahwa Raja
Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu, namun rakyat Tarumanegara
masih sedikit yang memeluk agama Hindu-Budha karena menurut kesaksian Fa-
Hsien rakyat Tarumanegara menganut agama Budha serta kepercayaan Animisme
dan Dinamisme.
Ekonomi
Dilihat dari beberapa sumber-sumber prasasti dan berita asing terlihat bahwa
mata pencaharian penduduk Tarumanegara adalah beternak, berdagang, berburu,
dan berlayar. Berdasarkan prasasti Tugu dapat di perkirakan bahwa mata
pencaharian masyarakat Tarumanegara adalah bertani, karena dalam prasasti
disebutkan tentang adanya usaha untuk menggali sungai Gomatti dengan tujuan
untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah-sawah disekitarnya.
3. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing terletak di Salatiga, Jawa Tengah. Kerajaan
Kalingga diperkirakan berkembang sekitar abad ke-7 sampai abad ke-9 M.
Sumber-sumber sejarah
a. Berita Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya Kerajaan Kalingga
yang berlokasi di Cho-po (Jawa).
b. Berita dari I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina.
c. Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Tuk Mas, dilereng Gunung
Merbabu.
Politik
Berdasarkan berita dari Cina dapat diketahui bahwa Kerajaan Kalingga
diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Sima pemerintahannya
sangat keras namun adil dan bijaksana sehingga pada saat pemerintahannya
Kerajaan Kalingga mengalami kemajuan yang pesat.
Sosial
Pada masa kerajaan Kalingga pembangunan sudah mulai digalakkan
misalnya saja pembangunan benteng-benteng kayu dan rumah-rumah yang beratap
daun kelapa. Karena pemerintahan Ratu Sima yang yang adil dan bijaksana maka
masyarakat Kalinggapun dapat tertata rapi.
Melalui prasasti dan berita dari Cina dapat diketahui bahwa rakyat Kalingga
banyak yang menganut agama Hindu dengan bukti adanya prasasti Tuk Mas yang
melukiskan gambar Trisula, kapak, kendi, cakra yang melambangkan dewa agama
Hindu.
Ekonomi
Masyarakat telah mengenal hubungan dagang dan telah terbentuk pasar. Di
pasar itu mereka melakukan hubungan dagang yang teratur.

4. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan ini terletak di lereng gunung Wukir dekat Muntilan, Magelang Jawa Tengah.
Sumber-sumber Sejarah
a. Prasasti Canggal yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang
berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa)
b. Prasasti Balitung yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung.
c. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari
Dinasti Syailendra.
Politik
1. Raja Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah lingga di bukit
Sthirangga, oleh Raja Sanjaya. Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya
akan padi dan emas mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja
Sanna meninggal ia digantikan oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja
Sanna yang bernama Sannaha. Sanjaya berhasil menaklukkan daerah sekitar
dan mampu mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya.
Candi Dieng
Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, diduga muncul Dinasti
Syailendra yang beragama budha dan diperkirakan berhasil menggeser
kedudukan Dinasti Sanjaya sehingga Dinasti Sanjaya mengalihkan
pemerintahannya ke Jawa Tengah bagian Utara.
2. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti
yang berasal dari Dinasti Syailendra yang telah membuka tabir tentang asalusul
Dinasti Syailendra. Prasasti ini menyebutkan tentang nama seorang
pejabat tinggi yang bernama Dapunta Syailendra, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Dinasti Syailendra berasal dari Jawa Tengah.
Secara politis, Dinasti Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar
bagi perkembangan sejarah, tetapi meninggalkan karya seni bangun yang
banyak dan indah, misalnya : Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu,
dan Candi Mendut.
Candi Borobudur
Dinasti Syailendra mengalami penyatuan dengan Dinasti Sanjaya karena
adanya perkawinan politik antara Pramodhawardhani, anak dari Raja
Samaratungga dari Dinasti Syailendra dengan Rakai Pikatan dari Dinasti
Sanjaya. Namun setelah Raja Samaratungga wafat terjadi perebutan kekuasaan
antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa. Balaputradewa akhirnya terdesak
dan pergi ke Sriwijaya dan menjadi raja di sana. Akhirnya pemerintahan
kembali ke tangan Dinasti Sanjaya.
Pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ternyata
dapat menyatukan pemerintahan. Dipihak lain berkat kecakapan dan keuletan
Rakai Pikatan kebudayaan Hindu dapat di hidupkan kembali. Rakai Pikatan
wafat ketika pembangunan Candi Prambanan yang ia rencanakan belum
terselesaikan. Diantara raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah, Raja
Balitunglah yang paling dikenal karena pada masa pemerintahannya keadaan
di Jawa Tengah sangat aman dan tertib.
Candi Prambanan
3. Pemindahan Kekuasaan ke Jawa Timur
Gejala untuk memindahkan pusat pemeintahan ke daerah Jawa Timur
mulai tampak sejak Raja Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919-927 M
dengan berdasarkan pertimbangan ekonomi sebagai berikut :
a) Adanya sungai-sungai besar yang memudahkan bagi lalu lintas
perdagangan.
b) Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk menanam
padi secara besar-besaran.
c) Lokasi Jawa Timur berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu.
Sejak terjadi perpindahan pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh
raja-raja keturunan Dinasti Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya
yang bernama Sri Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan
Lokapala dan melahirkan Makutawangsawardhana yang kemudian
menggantikan ibunya sebagi raja di Medang. Yang kemudian di gantikan oleh
Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Berdasarkan berita dari Cina Raja Dharmawangsa melakukan serangan
terhadap kerajaan Sriwijaya untuk menguasai jalur lalu lintas perdagangan
antara Cina dan India di peraiaran Nusantara yang dikuasai oleh Sriwijaya.
Pada tahun 1016 Kerajaan Dharmawangsa diperkiraka mengalami keruntuhan
akibat serangan Kerajaan Wurawari karena didukung oleh Kerajaan Sriwijaya
sebagai wujud balas dendam terhadap Dharmawangsa.
Sosial
Sumber dari berbagai prasasti menyebutkan adanya stratifikasi atau pelapisan
sosial berdasarkan pembagian kasta dan kedudukan seseorang di dalam
masyarakat. Hubungan antara raja dan rakyat secara langsung sulit terlaksana,
sedangkan hubungan antara raja dan para pejabat tnggi kerajan hanya terjadi
secara formal. Jika diperhatikan nama-nama penduduk desa di dalam berbagai
prasasti, tampak bahwa sebagian besar di antara mereka itu memakai nama
Indonesia asli, hanya sebagian kecil saja penduduk desa memakai nama dari
bahasa sanskerta, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya India tidak terbatas
pada golongan elite di pusat dan daerah, tetapi ada juga penduduk desa yang dapat
mengeyam pendidikan membaca kitab-kitab suci dan menulis.

Ekonomi
Masalah perekonomian mendapat perhatian besar pada zaman Balitung.
Misalnya dalam Prasasti Purworejo menyebutkan tentang pendirian suatu pusat
perdagangan. Raja Tulodhong juga sangat memperhatikan masalah ekonomi,
buktinya dapat dilihat dari Prasasti Sukabumi yang menyebutkan tentang waduk
untuk mengatur air sungai Harinjing. Waduk itu dibuat untuk kepentingan irigasi
sawah dan mencegah terjadinya banjir.

5. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan penemuan prasasti, letak Kerajaan Sriwijaya di tepi Sungai Musi, kota
Palembang, Sumatera.
Sumber-sumber Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, Palembang.
Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di desa Gandus, sebelah barat kota
Palembang.
Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka.
Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati segi lima tidak
berangka tahun.
Prasasti Karang Brahi, ditemukan didaerah Jambi.
Prasasti Ligor, ditemukan di Tanah Genting Kra daerah Ligor.
Berita dari Cina, India dan Arab serta benda purbakala.
Candi Muara Takus
Politik
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad ke-8 dan ke-9 ketika
diperintah oleh Raja Balaputradewa.
1) Faktor-faktor pendorong perkembangan Kerajaan Sriwijaya
a) Keberhasilan Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis.
b) Semakin pesatnya perkembangan perdagangan yang dilakkan India dan
Cina melalui Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin penting
c) Keruntuhan Kerajaan Fu-Nan sehingga kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara
digantikan oleh Sriwijaya.
2) Faktor-faktor penyebab kemunduran Kerajaan Sriwijaya
a) Adanya serangan dari Jawa atas pimpinan Dharmawangsa
b) Adanya serangan dari Kerajaan Chola
c) Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandarbandar
penting melepaskan diri dari Sriwijaya
d) Adanya serangan dari Kerajaan Majapahit
e) Muncunya kerajaan Samudra Pasai yang mengambil alih pengaruh
Sriwijaya.
Sosial
Berdasarkan berita dari Cina diperkirakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah
dikenal sebagai pusat pendidikan agama Budha Mahayana. I-tsing menerangkan
bahwa pendeta-pendeta Cina datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta
dan menyalin kitab-kitab agama Budha. Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai
pusat perkembangan agama Budha terlihat dari datangnya pendeta Tantris yang
bernama Wajrabodhi.
Ekonomi
Ramainya kegatan perdagangan India dengan Cina melalui Selat Malaka
sangat menguntungkan Sriwijaya. Para pedagang dari kedua bangsa tersebut
singgah di pelabuhan milik Sriwijaya, selain membayar bea masuk mereka juga
melakukan transaksi jual beli dengan pedagang Sriwijaya.
6. Kerajaan Kahuripan
Kerajaan ini terletak di Muara Sungai Brantas, Jawa Timur.
Politik
Menurut prasasti Calcuta, Airlangga adalah putra Udayana dengan putri
Mahendradatta. Pada tahun 1016 Airlangga datang ke Jawa untuk melangsungkan
perkawinannya dengan putri Dharmawangsa, namun pada saat itu Kerajaan
Dharmawangsa diserang oleh Kerajaan Wurawari. Pada tahun 1041 Airlangga
mengundurkan diri sebagai raja, kemudian atas saran Empu Bharada kerajaan
dibagi menjadi dua yaitu Janggala dan Panjalu. Pada tahun 1049 Airlangga wafat
dan di makamkan di Tirtha (Candi Belahan) yang diwujudkan dalam bentuk arca
Wisnu yang sedang menaiki Garuda.
Arca Airlangga yang sedang menaiki Garuda

Sepeninggalnya Airlangga, terjadi perebutan kekuasaan antara kerajaan Jenggala
dan Panjalu namun Raja Mapanji Alanjung Ahyes dari Panjalu berhasil
menaklukkan Jenggala, namun pemerintahannya tidak lama karena muncul
seorang raja lain, yaitu Samarotsaha. Setelah pemerintahannya kedua kerajaan itu
tidak ada kabar beritanya dalam waktu lama. Setelah itu Kerajaan Kediri atau
Panjalu muncul pada tahun 1116.
Ekonomi
Raja Airlangga sangat memperhatikan bidang pertanian. Dalam prasasti
Kelagen disebutkan tentang pembuatan sebuah waduk atas perintah Airlangga di
Wringin Sapta untuk mengatur aliran Sungai Brantas dan juga menyebutkan
tentang kapal-kapal dagang yang dapat berlayar meyusuri sungai Brantas sampai
di pelabuhan Hujung Galuh berkat adanya Waduk Wringin Sapta tersebut.
7. Kerajaan Kediri
Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
1. Raja Jayawarsa
2. Rakai Sirikan Sri Bameswara
3. Raja Jayabaya
4. Raja Sarweswara
5. Sri Aryyeswara
6. Sri Gandra
7. Kameswara
8. Kertajaya
Pada masa pemerintahan Kameswara, seni sastra berkembang pesat, hal ini
dikarenakan :
Adanya pujangga-pujangga yang pandai
Adanya perlindungan terhadap para pujangga
Penghormatan kepada raja melalui hasil sastra
Adanya kebebasan berpikir dalam mengembangkan kesusastraan
Pengganti Kameswara adalah Raja Kertajaya yang kemudian dikalahkan oleh
Ken Arok dari Singosari dalam perang di Pujon, Malang.
Ekonomi
Kediri merupakan negara yang agraris dan maritim. Masyarakat yang
hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil
yang melimpah karena di dukung dengan kondisi tanah yang subur sehingga
memberikan kemakmuran bagi rakyat.
Sosial
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur, penduduknya sudah memakai
kain sampai bawah lutut, rumahnya bersih dan rapi serta berlantai. Hukum
yang berlaku adalah sistem denda dengan membayar emas bagi yang
bersalah, tetapi pencuri dan perampok dihukum mati. Rakyat membayar
denda dengan hasil bumi.

8. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari didirikan oleh Ken Arok yang kemudian ia wafat pada
tahun 1227 karena dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati yang
kemudian dicandikan di daerah Kagenengan dalam bentuk perpaduan Syiwa
Budha. Setelah berhasil membunuh Ken Arok, Anusapati naik tahta namun
lambat laut pembunuhan itu terdengar sampai pada Panji Tohjaya yang kemudian
membalas kematian ayahnya dengan cara membunuh Anusapati, keberhasilan itu
membuat Tohjaya naik tahta sebagai raja.
Pemerintahannya hanya berlangsung tidak lama karena pada tahun itu
terjadi pemberontakan oleh Ranggawuni dan Mahisa Cempaka yang
menyebabkan Tohjaya mengungsi dan pemerintahan berada pada tangan
Ranggawuni. Pada tahun 1254 ia mengangkat anaknya Kertanegara sebagai
putra mahkota yang kemudian ia wafat pada tahun 1268.
Candi Kidal (tempat jenazah Anusapati dicandikan)

Didalam politik pemerintahan, Kertanegara membagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Politik dalam negeri
Ditujukan untuk melancarkan dan menstabilkan pemerintahan. Untuk
mencapai tujuan itu, Kertanegara melakukan berbagai tindakan, antara lain :
1. Memecat Mahapatih Raganatha karena dipandang kurang mendukung
gagasan raja dan menggantikannya dengan Kebo Tengah
2. Mengangkat Banyak Wide sebagai Bupati Sumenep
3. Mengangkat Jayakatwang sebagai raja kecil di Kediri untuk menghindari
perselisihan
4. Mengambil Arharaja dan Raden Wijaya sebagai menantu
5. Memperkuat angkatan perang
6. Menumpas pemberontakan Bhayaraja dan Mahesa Rengkah
7. Mengangkat seorang kepala agama Budha dan Brahmana
b. Politik luar negeri
Tujuan Kertanegara dalam politik luar negerinya adalah :
1. Mempersatukan seluruh Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singosari
2. Mengurangi pengaruh dari dua keajaan besar yang merupakan lawan-lawan
politik Ketanegara, yaitu Sriwijaya dan Cina Mongol
Kematian Kertanegara mengakibatkan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang.
Sesuai dengan agamanya, Kertanegara didarmakan (dimakamkan) di Candi Jawi
sebagai Siwa-Budha, sebagai Wairocana-locana di Segala, dan Bairawa di Candi
Singosari.
Candi Jawi
9. Kerajaan Majapahit
Lokasi Kerajaan ini adalah di Trowulan Mojokerto. Dalam sejarah Indonesia,
periode Majapahit merupakan periode yang paling mengesankan karena periode
ini di Nusantara terdapat suatu kerajaan besar yang disegani oleh mancanegara
dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh ke luar wilayah
Indonesia.
Sumber Sejarah
Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah Mada, dan Jiu.
Kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam
Wuruk ke Jawa Timur
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang pemerintahan raja Singosari
dan Majapahit
Pararaton Sutasoma
Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama
Politik
Setelah Kerajaan Singosari runtuh, Raden Wijaya berhasil
menyelamtakan diri dari kejaran pasukan Kediri. Atas nasihat Arya Wiraraja,
Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan menghamba
kepadanya. Setelahnya Raden Wijaya kemudian menghimpun orang-orang
Tumapel dan Madura menjadi pasukan untuk bersiap-siap merebut kembali
kekuasaan yang ada di tangan Jayakatwang, setelah selesai datanglah bala
tentara dari Cina-Mongol atas perintah Kubilai Khan untuk menghukum
Kertanegara yang telah menghina utusannya, namun mereka belum
mengetahui bahwa Kertanegara sudah meninggal. Akan tetapi mereka tidak
percaya dan kemudian menyerbu Jayakatwang. Maka kesempatan ini di
ambil oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Dalam pertempuran itu tentara Kediri dapat dengan mudah di
taklukkan, Jayakatwang pun tertangkap dan dibunuh. Pada waktu tentara
Tartar hendak kembali ke pelabuhan, Raden Wijaya kembali menyerang.
Dan setelah berhasil Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit.
1. Masa Pemerintahan Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
Menurut Prasasti Gunung Butak dan Kitab Pararaton, Raden
Wijaya memperistri anak Kertanegara, yaitu :
Dyah Dewi Tribhuwaneswari;
Dyah Dewi Narendraduhita;
Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi;
Dyah Dewi Gayatri.
Akan tetapi perkawinan itu lebih berlatar belakang agar tidak terjadi
perebutan kekuasaan di dalam anggota keturunan Kertanegara. Pada
masa pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi
kekuatan dalam kerajaan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan
dimakamkan di Candi Simping sebagai Syiwa, dan di Artahpura sebagai
Dhyani Budha. Arca perwujudannya berbentuk Harihara (Arca
perwujudan Wisnu dan Syiwa dalam satu Arca).
2. Masa Pemerintahan Jayanegara (1309-1328 M)
Pemberontakan yang penting yang pernah terjadi salah satunya
adalah pembarontakan Kuti yang hampir membawa keruntuhan bagi
Majapahit karena berhasil menduduki ibukota Majapahit.
Jayanegara terpaksa melarikan diri ke desa Badader dan hanya
diikuti oleh sejumlah pasukan dengan pimpinan Gajah Mada. Berkat
kecakapan Gajah Mada, pemberontakan akhirnya dapat ditumpas. Pada
tahun 1328 M, Jayanegara meninggal karena dibunuh oleh tabib kerajaan
yang bernama Tanca, yang kemudian Tanca di bunuh oleh Gajah Mada.
3. Masa pemerintahan Tribuwana Tungga Dewi
Pada masa pemerintahannya telah teerjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Akhirnya menteri
pelaksana yang pada waktu itu dalam keadaan sakit meminta bantuan
kepada Gajah Mada. Setelah pemberontakan dapat dipadamkan, Gajah
Mada diangkat menjadi Patih Mangkubumi Majapahit dan
mengungkapkan Sumpah Tan Amukti Palapa. Pada tahun 1350
Tribhuwana mengundurkan diri sebagai raja Karena ibunya meninggal,
selanjutnya tahta kerajaan diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.
4. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk.
Pada masa pemerintahannya Majapahit mengalami masa
keemasan. Sebagai raja ia berpandang luas dan tajam serta memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada Gajah Mada untuk menjalankan
pemerintahan karena ia mengetahui kecakapan yang dimiliki oleh
Gajah Mada dan mempunyai cita-cita yang sama yaitu untuk
mempersatukan Nusantara.
Pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri
Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima, bahkan
Sri Baduga sendiri yang mengantarnya. Sesampai di Majapahit Raja
Pajajaran dan rombongannya berkemah di Bubat menanti Hayam
Wuruk. Namun Gajah Mada menghendaki agar Dyah Pitaloka sendiri
yang diantar oleh Raja Pajajaran sebagai tanda tanduk kerajaan Sunda.
Maksud ini ditolak oleh Sri Baduga dan terjadilah pertempuran yang
akhirnya Sri Baduga terbunuh dan Dyah Pitaloka bunuh diri, peristiwa
ini disebut dengan perang bubat.
Setelah Gajah Mada wafat, Gajah Mungkuri diangkat sebagai
pimpinan tunggal eksekutif kerajaan. Setelahnya Hayam Wuruk
meninggal dan di makamkan di Candi Ngetos, Nganjuk.
5. Kemunduran Kerajaan Majapahit
Sebab-sebab kemuduran Kerajaan Majapahit dikarenakan oleh :
a. Terjadinya perang saudara yaitu perang Paregreg
b. Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan
c. Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi
negara bebas
d. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur
e. Kemunduran di bidang perdagangan karena Majapahit tidak
mampu melindungi pusat-pusat perdagangan.
Sosial
Tata masyarakat berdasarkan Hinduisme yaitu pembagian anggota
masyarakat kedalam empat kasta. Sistem perundang-undangan yang
mengatur hukum sudah ada dan orang yang terbukti bersalah melakukan
kejahatan harus dikenakan pidana mati.
Ekonomi
Berdasarkan berita dari Ma-Huan di Majapahit telah bermukim orangorang
asing. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan di Majapahit sudah
ramai. Selain itu juga diperkuat adanya relief-relief di Candi Tigawangi dan
Penataran yang menggambarkan para pedagang dari desa sedang memikul
hasil bumi.
Relief Candi Penataran yang menggambarkan kemajuan pertanian Majaahit
10. Kerajaan Sunda
Sumber Sejarah
Prasasti sang Hyang Tapak yang memunculkan nama Kerajaan Sunda,
ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang, Sukabumi yang menggunakan
tulisan Huruf Kawi dan bahasa jawa Kuno.
Politik Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi Raja Sunda di Kawali
setelah Perang Bubat adalah Rahyang Niskala Wastu Kencana, ketika di
angkat sebagai Raja, Wastu masih kecil sehingga pemerintahan sementara di
pegang oleh Hyang Bunisora.
Setelah berusia 23 tahun, Wastu memegang kekuasaan secara langsung.
Raja berikutnya adalah Tohaan yang kemudian di gantikan oleh Sang Ratu
Jayadewata.
Menurut berita Portugis pada tahun 1512 Raja Samiam dari Kerajaan
Sunda meminta bantuan kepada Portugis. Pada masa pemerintahannya Sunda
Kelapa, jatuh ke tangan pasukan Islam. Peristiwa ini menyebabkan
terputusnya hubungan antara Sunda dan Portugis. Akibatnya satu demi satu
pelabuhan Kerajaan Sunda jatuh ke tangan pasukan Islam. Pada masa
pemerintahan Raja Nusiya Mulya keadaan kerajaan semakin lemah sampai
akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Islam.
Sosial
Berdasarkan sumber Sejarah memberikan keterangan adanya
kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan fungsi yaitu :
o Kelompok masyarakat berdasarkan ekonomi, misalnya juru lukis, pande
mas
o Kelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara, yaitu mantri,
prajurit
o Kelompok rohani dan cendekiawan yang terdiri dari memen, paraguna
Ekonomi
Kerajaan Sunda hidup dari hasil pertanian,terutama perladangan. Selain
itu bidang perdagangan juga sudah maju dengan didukung adanya enam
Bandar sebagai tempat perdagangan.
11. Kerajaan Bali
Sumber Sejarah
1. Prasasti Bali berisi tentang perizinan
kepada para biksu untuk membuat
pertapaan di bukit chintamani
2. Prasasti Blanjong yang berbahasa Bali
Kuno.
3. Prasasti Sanur yang memakai huruf Nagari
dengan bahasa Bali Kuno dan Sanskerta.
Prasasti Belanjong
Politik
Dari prasasti Belanjong dapat diketahui bahwa pengganti Khesari
Warmadewa adalah Ugrasena, setelah mangkat ia dicandikan di air Madatu.
Penggantinya adalah Jayasingha Warmadewa, beliau membangun pemandian
di Desa Manukraya yaitu pemandian Tirta Empul di Istana Tampak Siring.
Penggantinya adalah Jayasadhu yang kemudian muncul raja perempuan yang
bernama maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Setelahnya yang memimpin adalah
Dharmodayana pada saat pemerintahannya Bali semakin jelas keadaannya
terlebih lagi denagn adanya perkawinannya dengan Gunapriya Dharmapatmi
yang kemudian mempunyai tiga orang anak. Yang kemudian menggantikan
tahta ayahnya. Pertempuranantara pasukan Gajah Mada dan pasukan bali
yang dipimpin oleh Kebo Iwa yang kemudian ia berhasil membujuk Gajah
Mada untuk pergi ke Maja pahit sesampainya di Majapahit Kebo Iwa
dibunuh. Selanjutnya Gajah waktra yang berada di Bali ikut di bunuh dan
bali berada pada tangan Majapahit.
Sosial
Masyarakat umumnya hidup berkelompok dalam satu daerah dan
membagi menjadi dua kelompok yaitu golongan Catur Warna dan golongan
luar kasta serta sebagian besar mereka hidup bercocok tanam.
Salah satu upacara kebaktian agama di Bali yang masih bertahan hingga sekarang
Ekonomi
Masyarakat bali umumnya hidup bercocok tanam dan memelihara
binatang ternak. Bidang perdagangan pada masa itu sudah cukup maju hal itu
dapat dilihat dari Prasasti Julah yang menyebut tentang perdagangan dari
seberang yang datang dengan kapal dan perahu berlabuh di Manasa.
D. Arsitektur Monumen keagamaan Hindu Dan Budha di Indonesia.
Salah satu peninggalan dari zaman Hindu-Budha yang sangat berharga sebagai sumber sejarah Indonesia kuno adalah bidang arsitektur atau seni bangun, seperti candi. Candi dalam agama Hindu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan raja yang telah wafat. Arca Syiwa yang merupakan perwujudan yang melukiskan sang raja sebagai dewa, namun sering kali arca perwujudan itu berupa lambang syiwa saja yaitu lingga.
Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai berikut :
a) Kaki candi yang melambangkan alam bawah tempat manusia biasa
b) Badan candi yang melambangkan alam atara tempat manusia yang telah meninggalkan
keduniawiannya dan alam keadaan suci menemui dewanya
c) Atap candi yang melambangkan alam atas tempat bersemanyamnya para dewa.
Berdasarkan cara pengelompokannya candi-candi di Indonesia dapat di bagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
1) Jenis Jawa Tengah Utara yang bersifat Syiwa
2) Jenis Jawa Tengah Selatan yang bersifat Hindu Dan Budha
3) Jenis Jawa Timur temasuk candi-candi di Bali dan Sumatra yang bersifat
pembauran antara Syiwa, Budha dan kepercayaan lokal.

E. Hubungan perkembangan tradisi Hindu-Budha dengan perubahan struktur sosial masyarakat, pendidikan, kesenian, dan teknologi pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia
Masuk dan berkembangnya pengaruh tradisi hindu membawa perubahan terhadap
masyarakat di kepulauan Indonesia, yakni tampak pada susunan masyarakat Indonesia
yang berdasarkan sistem kasta :
1. Brahmana yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas kaum pendeta, raja dan
pembesar kerajaan lainnya
2. Ksatriya yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para bangsawan dan prajurit
atau tentara
3. Waisya yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pedagang, petani, dan
masyarakat biasa
4. Sudra yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para budak dan pekerja kasar
5. Paria yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas penduduk pendatang dan oaringorang
yang terkena hukuman karena melanggar aturan kasta
Penganut agama Hindu percaya pada banyak dewa (politeisme) yang tergabung kedalam
Trimurti yaitu :
Brahmana sebagai dewa pencipta alam semesta
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta
Siwa sebagai dewa perusak alam semesta
Candi Prambanan
Candi Prambanan yang dikenal pula dengan nama candi Loro Jonggrang terletak pada
perbatasan antara daerah Yogyakarta dan Surakarta. Candi Prambanan merupakan bangunan suci agama Syiwa, berasal dari abad ke-9. Seluruh komplek candi dibuat dari batu dan terdiri dari 3 halaman yang dahulu dikelilingi oleh tembok. Di halaman pusat terdapat 6 bangunan utama dalam barisan berhadapan, berderet dari Utara ke Selatan. Sebagai candi induk adalah candi Syiwa yang menghadap ke Timur. Pada dindingnya dipahatkan relief cerita Ramayana. Arca pusat dibilik tengah candi ini adalah Syiwa Mahadewa. Pada bilikbilik sebelah selatan berisi arca Agastya, sebelah utara Arca
Durga (Loro Jonggrang) dan disebelah barat Arca Ganesya.
Disebelah selatan candi Syiwa terdapat candi Brahma yang
menghadap ke timur dengan Arca Brahma berkepala 4 di
dalamnya. (sumber : Ensiklopedi Indonesia)
Menurut ajaran agama Budha orang yang ingin mencapai nirwana wajib menjalani hidup
samsara (sengsara) dengan meninggalkan hidup kedunia dan memerangi hawa nafsu
dalam ajaran agama budha terdapat empat kenyataan hidup yaitu :
1) Hidup adalah sengsara
2) Samsara di sebabkan oleh mengikuti hawa nafsu ingin menguasai dunia
3) Samsara dapat dihilangkan dengan cara memerangi hawa nafsu
4) Hawa nafsu dapat di hilangkan dengan cara menempuh delapan jalan kebenaran
atau Dharma
Karena dalam ajaran budha dikenal adanya sistem kasta maka banyak masyarakat
Indonesia yang berpindah menganut agama budha karena tidak memandang status sosial
atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Beberapa sumber sejarah menjeleskan tentang sistem dan proses pendidikan di
Indonesia antara lain prasasti, candi, arca, kraton maupun naskah kuno. Beberapa
pengaruh tradisi Hindu-Budha di Indonesia atara lain bentuk seni arsitektur seperti
bangunan candi. Bangunan candi yang bercorak agama Budha di India umumnya
berbentuk stupa,tetapi di Indonesia berbentuk punden berundak yang merupakan tempat
tinggal para Hyang (nenek moyang). Candi sebagai tempat sementara dewa merupakan
bangunan tiruan dari tempat yang sebenarnya,yaitu gunung mahameru selai itu biasanya
candi juga di hiasi oleh berbagai hiasan dan pahatan seperti hiasan bunga teratai,hewan
keramat,bidadari dan arca-arca dewa adalah khas alam Indonesia,selain candi Indonesia
juga ditemukan bangunan kuil atau pura sebagai tempat peribadatan penganut agama
Hindu.
Pada masa pengaruh tradisi Hindu-Budha teknik bercocok tanam masih dilakukan
secara sederhana seperti berladang yang dilakukan secara berpindah-pindah tempat dan
dikerjakan dengan peralatan yang sederhana.
Dalam bidang teknologi pengangkutan terjadi perubahan dan perkembangan dari
waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan IPTEK yang dikuasai oleh masyarakat.
F. Faktor-faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Bercorak Hindu-Budha.
Memasuki abad ke-15 M,Kerajaan Majapahit dan Kerajaan-Kerajaan yang
bercorak Hindu-Budha mulai mengalami kemunduran.yang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah karena terdesak dan terkalahkan oleh kemajuan yang dicapai oleh
kesultanan-kesultanan yang bercorak islam.
Selain itu terjadi pula perang saudara di Majapahit yang menyebabkan kekuatan
Majapahit menjadi lemah dan terpecah, dalam situasi seperti ini pengawasan
pemerintahan pusat kepada raja daerah menjadi longgar sehingga memicu raja-raja di
daerah menyusun kekuatan sendiri, berhubungan dengan negara lain, mencari pertuanan
baru, dan selanjutnya melepaskan diri.
Perkembangan agama Islam juga ikut mempercepat keruntuhan Majapahit karena
raja-raja bawahan telah memeluk agama Islam yang kemudian berpaling dari Majapahit
dan mencari pertuanan baru. Serta munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan Islam
yang menyebabkan Bandar Majapahit menjadi jarang dikunjungi oleh pedagang asing.
Namun dengan runtuhnya Majapahit pada awal abad ke-16 M, Indonesia memasuki
babakan baru, yaitu periode kesultanan-kesultanan yang bercorak Islam.
G. Tradisi Hindu-Budha di Dalam masyarakat Setelah Runtuhnya Kerajaan Hindu-
Budha.
Pada awalnya tradisi Hindu-Budha hanya dikenal dikalangan Keraton. Namun
tradisi itu lambat laun masuk ke desa-desa dan bertemu dengan kepercayaan asli
masyarakat yang memuja arwah leluhur yang menyebabkan adanya akulturasi antara
kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan asli (lokal).
Apabila unsur kebudayaan asli di suatu tempat kuat, unsur kebudayaan asli akan
bertahan dan berpadu dengan kebudayaan hindu-Budha dan sebaliknya.
Runtuhnya kerajaan Majapahit pada awal abad ke-16 menyebabkan kekuasaan
Hindu-Budha lenyap di Nusantara,namun sampai zaman sekarang agama Hindu masih
tetap ada seperti Hindu Bali yang juga disebut Hindu Dharma yang merupakan
percampuran antara Animisme, Hindu dan Budha.
Menurut tradisi masuknya agama Hindu ke kepulauan Bali diduga terjadi sejak
abad ke-7 dengan tibanya rombongan dari Jawa yang dipimpin oleh Markandeya, dalam
proses akulturasi antara kebudayaan Bali asli dengan kebudayaan Hindu yang
menyebabkan adanya aliran Hinduisme

Tidak ada komentar: