POTENSI DESA DAN KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN DESA DAN KOTA
Berdasarkan potensinya wilayah, pedesaan digolongkan menjadi tiga.
1. Wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat di daerah dengan lahan pertanian subur, topografi rata, dan dilengkapi dengan irigasi teknis. Kemampuan wilayah untuk berkembang lebih besar.
2. Wilayah desa berpotensi sedang, terdapat di daerah dengan lahan pertanian agak subur, topografi tidak rata, serta irigasi sebagian teknis dan semiteknis. Wilayah ini masih cukup mempunyai kemampuan untuk berkembang.
3. Wilayah desa berpotensi rendah, terdapat di daerah lahan pertanian tidak subur, topografi kasar (perbukitan), sumber air bergantung pada curah hujan. Wilayah ini sulit untuk berkembang.
Potensi desa mencakup potensi fisik dan nonfisik.
1. Potensi fisik
a. Tanah
Tanah yang subur merupakan potensi utama desa. Tanah dapat berupa sawah, tegal, atau pekarangan. Peduduk desa mengelola dan memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Sementara hasil pertanian yang berlebih memungkinkan dapat dijual ke kota. Orang kota membutuhkan hasil pertanian dari desa. Sebaliknya, orang desa membutuhkan hasil produk industri dari kota. Hubungan desa dan kota yang saling membutuhkan menyebabkan terjadinya hubungan timbal balik antara desa dan kota.
b. Air
Melimpah ruahnya sumber air, selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari juga dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan industri air minum.
Contoh sumber air yang dimanfaatkan untuk industri: mata air Sigedang di Jawa Barat, Cokro di
Klaten Jawa Tengah, dan Pandaan di Jawa Timur. Sumber air lain yang mengandung mineral atau
sumber air panas sangat menguntungkan desa, selain bermanfaat bagi penduduk setempat, juga
dapat dijadikan objek wisata alam. Contoh: sumber air panas Bayanan Sragen dan sumber air panas Ciater Bandung.
c. Iklim
Iklim sangat memengaruhi aktivitas penduduk desa yang pada umumnya bermata pencaharian petani. Kegiatan petani untuk menentukan jenis tanaman sangat bergantung pada iklim. Iklim sejuk, dingin, dan curah hujan cukup sangat mendukung kehidupan penduduk desa dalam meningkatkan hasil pertanian. Hal ini akan memengaruhi kemajuan desa tersebut.
d. Flora dan fauna
Potensi flora di desa adalah masih banyak tersedianya tanaman bahan makanan pokok, seperti padi, jagung, dan ketela pohon. Adapun potensi fauna berupa hewan ternak, antara lain ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Kegiatan peternakan menghasilkan daging, telur, dan susu. Hasil pertanian dan peternakan dapat menarik penduduk lain untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan membeli barangbarang hasil pertanian dan peternakan. Hal ini tentunya dapat mendorong kemajuan dan perkembangan desa tersebut.
2. Potensi nonfisik
a. Masyarakat desa
Penduduk desa merupakan potensi bagi desa itu sendiri. Penduduk desa akan mengolah potensi sumber daya yang dimiliki desanya. Suatu wilayah desa yang mempunyai jumlah penduduk banyak dengan berbagai keterampilan akan memberikan sumbangan bagi pendapatan desa tersebut.
b. Lembaga sosial desa
Lembaga sosial desa, seperti pendidikan, adat, koperasi, dan lembaga lainnya dapat memberikan bantuan dan mendukung kegiatan penduduk desa.
c. Aparatur dan pamong desa
Aparatur yang jujur, disiplin, dan kreatif merupakan motor penggerak pembangunan di desa. Dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 akan terwujud penyelenggaraan pemerintah desa yang tertib, berdaya guna, dan berhasil guna dalam mengelola pembangunan.
Berdasarkan perkembangan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan potensipotensi yang dimiliki, desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Desa tradisional
Tipe desa tradisional terdapat di daerah-daerah pedalaman, kecenderungan penduduk desa tertutup, dan tidak adanya komunikasi karena sistem perhubungan dan sarana pengangkutan belum berkembang. Seluruh kehidupan penduduk sangat bergantung pada alam.
b. Desa swadaya
Tipe desa swadaya ditandai adanya kegiatan penduduknya untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam dan kondisi geografisnya. Desa swadaya biasanya berlokasi di daerah terpencil sehingga jarang berinteraksi dengan penduduk luar, akibatnya perkembangan dari kemajuan desa terhambat.
c. Desa swakarya
Tipe desa swakarya lebih maju dibanding desa swadaya. Desa swakarya ditandai adanya perubahan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada di desa sehingga mampu menjual hasilnya ke desa lain setelah memenuhi kebutuhan desanya.
Ciri-ciri desa swakarya adalah berfungsinya lembaga-lembaga desa, aparatur desa, dan munculnya kesadaran warga desa akan pentingnya keterampilan dan pendidikan sehingga menyebabkan beragamnya mata pencaharian penduduk.
d. Desa swasembada
Tipe desa swasembada lebih maju daripada desa swakarya. Penduduknya telah mampu mengolah potensi secara maksimal dengan alat-alat teknis.
Ciri lain tipe desa swasembada adalah tersedianya semua keperluan penduduk dan interaksi dengan
masyarakat lain tidak mengalami kesulitan karena sistem perhubungan dan pengangkutan sudah maju.
Berdasarkan mata pencahariannya, desa dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Desa agraris
Desa yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kegiatan utama mengolah lahan pertanian di samping ada pekerjaan lain sebagai sampingan seperti beternak.
b. Desa nelayan
Desa nelayan terdapat di daerah sekitar pantai, sebagian besar penduduknya sebagai nelayan.
c. Desa industri
Desa yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri.
Potensi desa kaitannya dengan perkembangan kota adalah sebagai daerah belakang/ pengaruh (hinterland) yang berfungsi sebagai berikut.
1. Sumber bahan pangan bagi masyarakat kota. Lahan di desa berupa sawah, tegal, dan pekarangan dimanfaatkan untuk menanam padi, palawija, sayur-mayur serta hortikultura.
Hasil pertanian digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sedangkan hasil lebihnya dijual ke kota.
2. Sumber tenaga kerja, yaitu penduduk usia produktif desa merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses pembangunan fisik di kota. Pembuatan gedung, jalan, dan sarana fisik lainnya membutuhkan tenaga kerja kasar. Kebutuhan tersebut terpenuhi dari penduduk yang sebagian berasal dari pedesaan.
3. Sumber tempat wisata, wilayah desa yang jauh dari keramaian kota memiliki udara yang segar, bebas polusi, keindahan alam menjadi daya tarik bagi wisatawan.
4. Sumber industri kecil dan industri kerajinan rakyat, seperti industri pengolahan makanan dan minuman khas daerah serta industri pengolahan hasil pertanian rakyat. Produksi industri kecil tersebut dipasarkan ke wilayah kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar