A. PERJUANGAN KONFRONTASI
Setelah Indonesia merdeka tidak berarti Indonesia bebas dari segala
bentuk penguasaan asing tapi masih berhadapan dengan Belanda yang ingin
mencoba kembali menananmkan kekuasaannya. Belanda menggunakan berbagai
macam cara untuk bisa kembali berkuasa seperti, membonceng pada pasukan
sekutu dan pembentukan Negara-negara boneka. Pembentukan Negara boneka
bertujuan untuk mengepung kedudukan pemerintah Indonesia atau
mempersempit wilayah kekuasaan RI. Setiap ada perjanjian selalu
diingkari oleh Belanda. Belanda hanya mengakui wilayah RI meliputi Jawa
dan Sumatera yang di dalamnya berdiri
Negara-negara boneka bikinan Belanda.
Pada tanggal 1 Nopember 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat Politik
dengan tujuan agar kedaulatan RI diakui dan agar di Indonesia terbentuk
dan berkembang partai Politik.Namun kemauan itu diselewengkan dengan
terjadinya pergeseran bentuk pemerintah dari bentuk Kabinet Presidensial
ke Kabinet parlementer.Sutan Syahrir terpilih sebagai Perdana
Menterinya. Pemerintah Sutan Syahrir berkeinginan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi bukan dengan kekuatan
senjata. Hal inilah yang menimbulkan pro kontra terhadap strategi
menghadapi Belanda. Konflik ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk
melancarkan Agresi militernya.
Pada tanggal 15 September 1945 sekutu masuk ke Indonesia dan membonceng
NICA ( Belanda ) yang bertujuan untuk menjajah kembali Bangsa Indonesia
sehingga terjadi
1. pertempuran Ambarawa,
2. Bandung Lautan Api,
3. Pertempuran di Sulaswesi Selatan,
4. Peristiwa Merah Putih di Minahasa,
5. Pertempuran Medan Area,
6. 5 Hari di semarang,
7. Puputan Margarana, dsb.
B. PERJUANGAN DIPLOMASI
PERJANJIAN LINGGARJATI
Untuk menghentikan tembak menembak antara RI-Belanda maka mulai 10
Nopember 1946 diadakan perundingan Linggajati (ditanda tangani 25 Maret
1947) yang isinya :
1. Belanda mengakui secara defakto wilayah RI atas Jawa, Sumatera dan MadurA
2. RI-Belanda akan membentuk NIS dengan nama RIS
3. RI-Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
4. Belanda harus meninggalkan wilayah RI selambat-lambatnya 1 Januari 1949.
Ternyata Belanda menghianati isi perjanjian tersebut dan melakukan
Agresi Militer I tanggal 21 Juni 1947 sehingga mendapat reaksi PBB.
Penghentian tembak menembak dilakukan tanggal 1 Agustus 1947 dan DK PBB
membentuk KTN yang anggota-anggotanya :
1. Australia ( Wakil Indonesia ) : Richard Kirby
2. Belgia ( Wakil Belanda ) : Paul Van Zeeland
3. USA ( Penengah ) : Dr. Frank Graham
PERJANJIAN RENVILLE
Anggota KTN tersebut membantu pihak RI-Belanda untuk mengadakan
perundingan di atas geladak Kapal Amerika USS RENVILLE ( 8 Desember 1947
) dan ditandatangani tanggal 17 Januari 1948 yang isinya :
1. Belanda mengakui wilayah RI yang sedang diduduki ( Yogyakarta )
2. TNI harus hijrah ke daerah RI
3. RI merupakan bagian dari RIS
4. Dalam jangka waktu ± 6 bulan sampai 1 tahun akan diadakan pemilu untuk membentuk dewan konstitusi RIS.
Namun tidak semua masyarakat Indonesia menyetujui isi perjanjian
tersebut, seperti SM Kartosuwiryo yang mendirikan DI / TII,
Pemberontakan PKI Madiun ( Muso ) 1948. Belanda bertekad untuk menghapus
RI dan menghancurkan kekuatan TNI. Untuk iti Belanda melakukan Agresi
militer II tanggal 19 desember 1948. Belanda menyerbu Yogyakarta dan
menawan presiden dan wapres serta pemimpin politik lainnya. Sebelum itu
presiden sempat mengirimkan kawat pada Syafrudin Prawiranegara untuk
membentuk PDRI di Sumatera. Apabila tidak sanggup maka diserahkan pada
Sudarsono, AA Maramis dan LN Palar untuk membentuk pemerintah pelarian
RI di India.
PERJANJIAN ROEM-ROYEN
Pada tanggal 28 Januari 1948 DK PBB memutuskan penghentian operasi
militer Belanda dan para pemimpin RI yang ditawan harus dikembalikan.
Pada tanggal 14 April 1949 diadakan perjanjian ROOM ROYEN di bawah
pengawasan UNCI ( perubahan dari KTN ) dan pada tanggal 7 Mei 1949
terjadi kesepakatan :
Pernyataan Delegasi Indonesia
1. Menghentikan perang gerilya
2. Bekerjasama mengembalikan keamanan
Pernyataan Delegasi Belanda
1. Menyetuji pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta
2. Menghentikan operasi militer serta membebaskan para pemimpin RI dan selekasnya mengadakan KMB
KONFERENSI MEJA BUNDAR
KMB dilaksanakan di DENHAAG ( Negeri Belanda ) pada tanggal 22 Agustus 1949 sd 29 Oktober 1949 dengan hasil keputusan :
1. Belanda menyerahkan kedaulatan RI kepada RIS
2. Antara RIS dan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia- Belanda yang dikepalai oleh ratu Belanda
3. Tentara Belanda akan ditarik mundur dan tentara KNIL akan dibubarkan
4. Masalah Irian Barat akan dibicarakan setahun setelah penyerahan kedaulatan.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penyerahan kedaulatan oleh
Belanda kepada RIS yang wilayahnya bekas kekuasaan Belanda tanpa Irian
Barat.
Penyerahan kedaulatan dilakukan di tiga tempat antara lain :
1. Amsterdam dilakukan oleh Ratu Belanda kepada PM RIS
2. Yogyakarta dilakukan oleh Pemerintah RI pada pemerintah RIS
3. Jakarta dilakukan oleh Wakil Tinggi Mahkota Belanda kepada RIS
Pembentukan Negara RIS ( 16 negara bagian ) berdasarkan isi KMB
ternyata tidak disetujui oleh masyarakat Indonesia dan dengan tegas
mereka menuntut dibubarkannya RIS dan kembali pada Negara Kesatuan RI
mengingat Bahasa, bendera maupun hari Nasional sama dengan RI.
Berdasarkan hasrat dan desakan Rakyat Indonesia maka pada tanggal 17
Agustus 1950 RIS dibubarkan dan dibentuk NKRI dan saat itu juga
Konstitusi RIS diganti dengan UUD Sementara RI dan bangsa Indonesia
segera memasuki era baru yaitu Demokrasi Liberal.
ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA
A. PKI MADIUN 1948
Munculnya PKI merupakan perpecahan pada tubuh SI ( Sarikat Islam ) yang
mendapat pengaruh ISDV ( Internasionalisme Sosialisme Democratise
Vereeniging ) yang didirikan oleh HJFM. Snevliet Dkk pada bulan Mei 1914
di Semarang yang pada bulan Desember diubah menjadi PKI. Pada tanggal
13 Nopember 1926 melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda.
Pada tanggal 18 September 1948 MUSO memimpin pemberontakan terhadap RI
di Madiun. Tujuannya ingin mengubah dasar negara Pancasila menjadi dasar
negara komunis. Pemberontakan ini menyebarhampir di seluruh daerah Jawa
Timur namun berhasil di gagalkan dengan ditembak matinya MUSO sedangkan
Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.
B. DI/TII
JAWA BARAT
Dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo karena tidak setuj
terhadap isi perjanjian Renville. Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI (
Yogyakarta ) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau mengakui Republik
Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara. Untuk
itu ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama
Darul Islam
JAWA TENGAH
Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu. Selama Agresi Militer
Belanda ke II Amir Fatah diberi tugas menggabungkan laskar-laskar untuk
masuk dalam TNI. Namun setelah banyak anggotanya ia beserta anak buahnya
melarikan diri dan menyatakan bagian dari DI/TII.
SULAWESI SELATAN
Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia berambisi untuk menduduki
jabatan sebagai pimpinan APRIS ( Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat ) dan menuntut aga45r Komando Gerilya Sulawesi Selatan ( KGSS )
dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan
tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat
saja yang akan menjadi tentara maka terjadilah pemberontakan tersebut.
ACEH
Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh
sebagai daerah Istimewa diturunkan menjadi sebuah karesidenan di bawah
propinsi Sumatera Utara. Ia lalu menyusun kekuatan dan menyatakan
dirinya bagian dari DI/TII. Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan
jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh ( MKRA ).
KALIMANTAN SELATAN
Dipimpin oleh Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari DI/TII
dengan memperjuangkan kelompok rakyat yang tertindas. Ia dan anak
buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta melakukan tindakan
pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati.
APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil )
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling bekas tentara
KNIL. Tujuannya agar pemerintah RIS dan negara Pasundan mengakui APRA
sebagai tentara negara Pasundan dan agar negara Pasundfan tidak
dibubarkan/dilebur ke dalam NKRI.
ANDI AZIS
Beliau merupakan komandan kompi APRIS yang menolak kedatangan TNI ke
Sulawesi Selatan karena suasananya tidak aman dan terjadi demonstrasi
pro dan kontra terhadap negara federasi. Ia dan pasukannya menyerang
lapangan terbang, kantor telkom, dan pos-pos militer TNI. Pemerintah
mengeluarkan ultimatum agar dalam tempo 4 x 24 jam ia harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
RMS ( Republik Maluku Selatan )
Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil
bekas jaksa agung NIT ( Negara Indonesia Timur ). Ia menyatakan
berdirinya Republik Maluku Selatan dan memproklamasikannya pada 25 April
1950. Pemberontakan ini dapat ditumpas setelah dibayar mahal dengan
kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto dan Mayor Abdullah.
PRRI/PERMESTA
Setelah Pemilu I dilaksanakan, situasi semakin memburuk dan terjadi
pertentangan . Beberapa daerah merasa seolah-olah diberlakukan secara
tidak adil ( merasa dianaktirikan ) sehingga muncul gerakan separatis di
Sumatera yaitu PRRI
( Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia ) dipimpin oleh Kolonel
Ahmad Husen dan PERMESTA ( Piagam Perjuangan Rakyat Semesta ) di
Sulawesi Utara dipimpin oleh D.J. Somba dan Kolonel Ventje Sumual.
G 30 S/PKI 1965
Pada tanggal 30 September 1965 jam03.00 dinihari PKI melakukan
pemberontakan yang dipimpin oleh DN Aidit dan berhasil membunuh 7
perwira tinggi. Mereka punya tekad ingin menggantikan Pancasila sebagai
dasar negara dengan Komunis-Marxis. Setelah jelas terungkap bahwa PKI
punya keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan :
1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI
2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo Edhy Wibowo dari RPKAD
3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung maupun yang mendalanginya.
Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh lagi
tersebar di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan SK Presiden yang
ditanda tangani pengemban Supersemar Ltjen Soeharto yang menetapkan
pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret 1966.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar