N. J. Krom
A. Teori Tentang Masuk dan
Menyebarnya Hindu-Budha ke Kepulauan Indonesia
1. Teori BRAHMANA (J.C VAN
LEUR)
Teori ini menyatakan bahwa
yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan
Hindu Budha ke Indonesia
adalah Kaum Brahmana dengan alasan para Brahmana
datang ke Indonesia atas
undangan para bangsa India yang ada di Indonesia untuk
menyebarkan dan mengajarkan
agama Hindu karena hanya kaum Brahmana yang
dapat membaca kitab weda dan berwewenang
tinggi untuk menyebarkan agama
Hindu.
2. Teori KSATRIA (F.D.K.
BOSCH)
Teori ini beranggapan bahwa,
di Indonesia telah terjadi kolonisasi oleh orang India
yang kemudian daerah koloni
tersebut menjadi pusat penyebaran budaya India
sehingga timbul gambaran bahwa
orang-orang Indialah sebagai golongan penguasa
Indonesia dengan demikian yang
berperan dalam proses masuknya kebudayaan
HINDU-BUDHA adalah golongan
prajurit atau kaum ksatria.
3. Teori WAISYA (N.J.KROM)
Teori ini menyatakan bahwa
kaum pedagang dari India
yang tergolong dalam kasta
Waisya selain berdagang juga
membawa adat kebiasaan
misalnya upacara keagamaan.
Pada umumnya mereka tinggal
menetap di Nusantara dan
selain itu kemungkinan juga
terjadi adanya perkawinan
antara para pedagang dengan wanita
Indonesia, hal ini
dianggap sebagai saluran
penyebaran pengaruh yang
penting dalam teori ini.
4. Teori SUDRA
Menyatakan bahwa agama
Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui Kasta Sudra.
Mereka datang ke Indonesia
ingin merubah hidupnya karena mereka di India hanya
dijadikan sebagai budak.
5. Teori ARUS BALIK
Menyatakan bahwa orang
Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu dan
kemudian kembali lagi ke
Indonsia untuk menyebarkan agama tersebut.
6. Teori GABUNGAN
Para kaum Brahmana, ksatria,
Waisya, dan Sudra berkumpul dalam satu kapal
untuk mencari daerah koloni
yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama
Hindu.
B. Interaksi Masyarakat Di
Berbagai Daerah Dengan Tradisi Hindu-Budha.
Secara geografis Indonesia
terletak dilintas jalur perdagangan internasional
melalui jalur laut yaitu
India-Indonesia-Cina dan seterusnya karena adanya hubungan
dagang antara Indonesia dan
India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke
Indonesia, baik pengaruh Hindu maupun Budha. Oleh
karena itu pusat-pusat peradaban
Hindu-Budha banyak ditemukan
di wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari jalur
perdagangan kuno antara Cina
dan India.
Pada awalnya jalur perdagangan
antara India dan Cina melewati Selat Malaka
namun ada juga di antara
mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatra, Pantai
Utara Jawa, pantai Timur
Kalimantan dan terus ke Cina. Kawasan yang dilalui jalur
perdagangan internasional
seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan
mempunyai kegiatan perdagangan
yang ramai sehingga mengakibatkan kebudayaan
Hindu-Budha yang tumbuh dengan
subur kawasan tersebut.
Agama Budha diperkirakan masuk
ke Indonesia sejak abad kedua masehi dengan
bukti ditemukannya patung dari
perunggu di
daerah Simpang Sulawesi Selatan, di Jember
Jawa Timur dan di Bukit
Siguntang Sumatera Selatan. Ajaran agama Budha yag masuk ke
Indonesia adalah aliran
Mahayana yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan
Mataram pada masa Dinasti
Syailendra akan
tetapi dalam perkembangannya terjadi
percampuran antara agama Hindu
dan Budha,
khususnya di Jawa Timur tetapi ada
pendapat yang mengatakan bahwa
unsur budaya lama masih dominan dalam semua
lapisan masyarakat.
C. Perkembangan Kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Kerajaa ini merupakan kerajaan
Hindu tertua di Indonesia yang terletak di
Muarakaman, tepi sungai
Mahakam, Kalimantan Timur.
Sumber-sumber sejarah
a) Berita Cina dari Dinasti
Tang (618-908 M)
b) Arca Budha berlanggam seni
arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai)
c) Arca kehidupan, seperti
arca Ganesha di Serawak
Arca Ganesha
Arca Ganesha
d) Prasasti-prasasti
Tulisan pada
Prasasti Yupa
Tujuh buah prasasti yang
disebut dengan Yupa yang berbentuk tiang yang
dipergunakan untuk mengikat
hewan korban yang diparsembahkan oleh
rakyat Kutai kepada para dewa
yang dipujanya. Prasasti ini menggunakan
huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Isi prasasti tersebut antara lain
adalah silsilah raja yang
mengatakan bahwa Maharaja Kudungga mempunyai
seorang putra bernama
Aswawarman yang disamakan dengan Dewa Ansuma
(Dewa Matahari). Aswawarman
mempunyai tiga putra, salah seorang yang
terkemuka adalah Mulawarman.
Politik
Raja pertama Kerajaan Kutai
adalah Raja Kudungga. Dengan masuknya
pengaruh Hindu di wilayahnya,
Kudungga kemudian mengubah struktur
pemerintahannya menjadi pemerintahan
kerajaan dan di perintah oleh seorang raja.
Pengaruh
Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
4 Modul Sejarah Kelas XI
IPS Semester 1 SMA / MA Kurikulum KTSP
Setelah Raja Kudungga mangkat,
pemerintahan digantikan oleh putranya
yang bernama Aswawarman.
Kerajaan Kutai mengalami masa Kejayaan pada saat
pemerintahan berada pada
tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah putra
dari Raja Aswawarwan. Raja
Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat, dan
berkuasa. Selain itu dia juga
dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaum
Brahmana, dengan bukti Raja
Mulawarman yang memberikan sedekah 20.000
ekor sapi kepada para
Brahmana.
Sosial
Berdasarkan prasasti Yupa di
Kutai telah berkembang masyarakat yang
memiliki kebudayaan hasil
perpaduan antara unsur budaya India dan budaya lokal.
Hal ini dapat dilihat dari
golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sanskerta
dan dapat menulis huruf
Pallawa, yaitu golongan Brahmana.
Golongan lainnya adalah
golongan Ksatria yang terdiri dari kerabat Raja
Mulawarma. Selain ke dua
golongan tersebut terdapat juga golongan lain yang
pada umumnya adalah rakyat
Kutai purba yang masih memegang teguh agama asli
leluhur mereka.
Agama yang dianut oleh Raja
Mulawarman adalah agama Hindu aliran
Syiwa, yang dapat diketahui
dari salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan
tempat dalam tanah yang sangat
suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat
suci untuk memuja Dewa Syiwa).
Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga
dewa utama yaitu Brahmana,
Wisnu, dan Siwa.
Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan
Kutai diperkirakan sudah maju. Dengan bukti
adanya kesanggupan pihak
kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi
kepada para Brahmana. Hal itu
dapat juga menunjukkan bahwa mata pencaharian
sebagian masyarakat Kutai
adalah berternak, serta mengingat letak Kutai yang
berada ditepi sungai Mahakam
yang subur, masyarakat juga mempunyai kegiatan
perdagangan dan pertanian.
2. Kerajaan Tarumanegara
Keajaan Hindu tertua kedua
adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di lembah
sungai Citarum, Jawa Barat.
Sumber-sumber sejarah
1. Prasasti-prasasti
Tarumanegara
Prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara ditulis dengan menggunakan
huruf pallawa dan berbahasa
sanskerta, yaitu :
Prasasti Ciaruteun (Citarum)
Ditemukan di tepi sungai
Ciaruteun, Bogor. Pada prasasti ini hurufnya
terdiri dari empat baris
berbentuk puisi India dan juga terdapat lukisan
laba-laba dan tapak kaki.
Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa
tapak itu sebagai tapak kaki
Raja Purnawarman yang merupakan
penjelmaan kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Kebun Kopi
Ditemukan di daerah perkebunan
kopi, Kampung Muara Hilir,
Cibungbulang, Bogor. Pada
prasasti ini terdapat tapak kaki gajah yang
disamakan dengan tapak kaki
Gajah Airwata yang merupakan kendaraan
Dewa Wisnu
Prasasti Jambu (Koleangkak)
Ditemukan di bukit Koleangkak
di daerah perkebunan jambu, sebelah barat
Bogor.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di
desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini
merupakan prasasti terpanjang
dari semua peninggalan prasasti
Purnawarman.
Prasasti Cidanghiang,
Ditemukan di tepi sungai
Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten
Selatan. Isi prasasti ini
menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah
seorang raja yang agung, pemberani,
dan perwira
Prasasti Pasir Awi,
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor.
Yang memuat tapak kaki namun prasati
ini belum bisa dibaca.
Prasasti Muara Cianten,
Ditemukan di Muara Cianten,
Bogor, namun prasasti mengunakan huruf
ikal yang belum bisa di baca.
Pengaruh
Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
6 Modul Sejarah Kelas XI
IPS Semester 1 SMA / MA Kurikulum KTSP
2. Arca-arca peninggalan
Kerajaan Tarumanegara
Arca yang ditemukan
diantaranya adalah Arca Rajasi, yang berasal dari
Jakarta, dua buah patung Wisnu
dan Cibuana.
3. Berita Cina
Antara lain adalah Catatan I-tsing
(abad ke-7 M), berita dari Dinasti Soul,
berita dari Dinasti Tang,
dan berita dari Fa-hsien.
Politik
Kerajaan Tarumanegara telah
menjalin hubungan baik dengan negara-negara
lain hal ini dapat dilihat
dari berita cina yang menyebutkan bahwa Kerajaan
Tarumanegara telah mengirimkan
utusan ke negeri Cina. Kemajuan India di
bidang pemikiran agama
menyebabkan unsur-unsur budaya India di ambil alih
oleh Kerajaan Tarumanegara, namun
tindakan ini berhasil karena masyarakat
Tarumanegara mempunyai potensi
yang sepadan dengan budaya India.
Sosial
Raja yang pernah memerintah di
Kerajaan Tarumanegara adalah Raja
Purnawarman, dia adalah raja
besar yang telah memerintah dan meningkatkan
kehidupan rakyatnya Hal itu
dapat dilihat dari prasasti Tugu yang menyebutkan
bahwa Raja Purnawarman telah memerintah penggalian Sungai
Gomatti untuk
mencegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah berupa
1000 ekor sapi kepada
para Brahmana.
Berdasarkan isi dari beberapa
prasasti diperoleh gambaran bahwa Raja
Purnawarman menganut agama
Hindu aliran Wisnu, namun rakyat Tarumanegara
masih sedikit yang memeluk
agama Hindu-Budha karena menurut kesaksian Fa-
Hsien rakyat Tarumanegara
menganut agama Budha serta kepercayaan Animisme
dan Dinamisme.
Ekonomi
Dilihat dari beberapa
sumber-sumber prasasti dan berita asing terlihat bahwa
mata pencaharian penduduk
Tarumanegara adalah beternak, berdagang, berburu,
dan berlayar. Berdasarkan
prasasti Tugu dapat di perkirakan bahwa mata
pencaharian masyarakat
Tarumanegara adalah bertani, karena dalam prasasti
disebutkan tentang adanya
usaha untuk menggali sungai Gomatti dengan tujuan
untuk menanggulangi banjir dan
mengairi sawah-sawah disekitarnya.
3. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau
Kerajaan Holing terletak di Salatiga, Jawa Tengah. Kerajaan
Kalingga diperkirakan
berkembang sekitar abad ke-7 sampai abad ke-9 M.
Sumber-sumber sejarah
a. Berita Cina dari Dinasti
Tang yang menyebutkan adanya Kerajaan Kalingga
yang berlokasi di Cho-po
(Jawa).
b. Berita dari I-Tsing,
seorang pendeta Budha dari Cina.
c. Prasasti Tuk Mas yang
ditemukan di Desa Tuk Mas, dilereng Gunung
Merbabu.
Politik
Berdasarkan berita dari Cina
dapat diketahui bahwa Kerajaan Kalingga
diperintah oleh seorang raja
perempuan bernama Ratu Sima pemerintahannya
sangat keras namun adil dan
bijaksana sehingga pada saat pemerintahannya
Kerajaan Kalingga mengalami
kemajuan yang pesat.
Sosial
Pada masa kerajaan Kalingga
pembangunan sudah mulai digalakkan
misalnya saja pembangunan
benteng-benteng kayu dan rumah-rumah yang beratap
daun kelapa. Karena
pemerintahan Ratu Sima yang yang adil dan bijaksana maka
masyarakat Kalinggapun dapat
tertata rapi.
Melalui prasasti dan berita
dari Cina dapat diketahui bahwa rakyat Kalingga
banyak yang menganut agama
Hindu dengan bukti adanya prasasti Tuk Mas yang
melukiskan gambar Trisula,
kapak, kendi, cakra yang melambangkan dewa agama
Hindu.
Ekonomi
Masyarakat telah mengenal
hubungan dagang dan telah terbentuk pasar. Di
pasar itu mereka melakukan
hubungan dagang yang teratur.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan ini terletak di
lereng gunung Wukir dekat Muntilan, Magelang Jawa Tengah.
Sumber-sumber Sejarah
a. Prasasti Canggal yang
dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang
berkaitan dengan pembuatan
sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa)
b. Prasasti Balitung yang
dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung.
c. Kitab Cerita Parahyangan
yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari
Dinasti Syailendra.
Politik
1. Raja Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan
tentang pendirian sebuah lingga di bukit
Sthirangga, oleh Raja Sanjaya.
Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya
akan padi dan emas mula-mula
diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja
Sanna meninggal ia digantikan
oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja
Sanna yang bernama Sannaha.
Sanjaya berhasil menaklukkan daerah sekitar
dan mampu mewujudkan
kemakmuran bagi rakyatnya.
Candi Dieng
Pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran, diduga muncul Dinasti
Syailendra yang beragama budha
dan diperkirakan berhasil menggeser
kedudukan Dinasti Sanjaya
sehingga Dinasti Sanjaya mengalihkan
pemerintahannya ke Jawa Tengah
bagian Utara.
2. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8, di
Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti
yang berasal dari Dinasti
Syailendra yang telah membuka tabir tentang asalusul
Dinasti Syailendra. Prasasti
ini menyebutkan tentang nama seorang
pejabat tinggi yang bernama
Dapunta Syailendra, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Dinasti Syailendra
berasal dari Jawa Tengah.
Secara politis, Dinasti
Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar
bagi perkembangan sejarah,
tetapi meninggalkan karya seni bangun yang
banyak dan indah, misalnya :
Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu,
dan Candi Mendut.
Candi
Borobudur
Dinasti Syailendra mengalami
penyatuan dengan Dinasti Sanjaya karena
adanya perkawinan politik
antara Pramodhawardhani, anak dari Raja
Samaratungga dari Dinasti
Syailendra dengan Rakai Pikatan dari Dinasti
Sanjaya. Namun setelah Raja
Samaratungga wafat terjadi perebutan kekuasaan
antara Rakai Pikatan dengan
Balaputradewa. Balaputradewa akhirnya terdesak
dan pergi ke Sriwijaya dan
menjadi raja di sana. Akhirnya pemerintahan
kembali ke tangan Dinasti
Sanjaya.
Pernikahan antara Rakai
Pikatan dengan Pramodhawardhani ternyata
dapat menyatukan pemerintahan.
Dipihak lain berkat kecakapan dan keuletan
Rakai Pikatan kebudayaan Hindu
dapat di hidupkan kembali. Rakai Pikatan
wafat ketika pembangunan Candi
Prambanan yang ia rencanakan belum
terselesaikan. Diantara
raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah, Raja
Balitunglah yang paling
dikenal karena pada masa pemerintahannya keadaan
di Jawa Tengah sangat aman dan
tertib.
Candi
Prambanan
3. Pemindahan Kekuasaan ke
Jawa Timur
Gejala untuk memindahkan pusat
pemeintahan ke daerah Jawa Timur
mulai tampak sejak Raja
Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919-927 M
dengan berdasarkan
pertimbangan ekonomi sebagai berikut :
a) Adanya sungai-sungai besar
yang memudahkan bagi lalu lintas
perdagangan.
b) Adanya dataran rendah yang
luas sehingga memungkinkan untuk menanam
padi secara besar-besaran.
c) Lokasi Jawa Timur
berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu.
Sejak terjadi perpindahan
pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh
raja-raja keturunan Dinasti
Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya
yang bernama Sri
Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan
Lokapala dan melahirkan
Makutawangsawardhana yang kemudian
menggantikan ibunya sebagi
raja di Medang. Yang kemudian di gantikan oleh
Dharmawangsa Teguh Ananta
Wikramatunggadewa.
Berdasarkan berita dari Cina
Raja Dharmawangsa melakukan serangan
terhadap kerajaan Sriwijaya
untuk menguasai jalur lalu lintas perdagangan
antara Cina dan India di
peraiaran Nusantara yang dikuasai oleh Sriwijaya.
Pada tahun 1016 Kerajaan
Dharmawangsa diperkiraka mengalami keruntuhan
akibat serangan Kerajaan
Wurawari karena didukung oleh Kerajaan Sriwijaya
sebagai wujud balas dendam
terhadap Dharmawangsa.
Sosial
Sumber dari berbagai prasasti
menyebutkan adanya stratifikasi atau pelapisan
sosial berdasarkan pembagian
kasta dan kedudukan seseorang di dalam
masyarakat. Hubungan antara
raja dan rakyat secara langsung sulit terlaksana,
sedangkan hubungan antara raja
dan para pejabat tnggi kerajan hanya terjadi
secara formal. Jika
diperhatikan nama-nama penduduk desa di dalam berbagai
prasasti, tampak bahwa
sebagian besar di antara mereka itu memakai nama
Indonesia asli, hanya sebagian
kecil saja penduduk desa memakai nama dari
bahasa sanskerta, hal itu
menunjukkan bahwa pengaruh budaya India tidak terbatas
pada golongan elite di pusat
dan daerah, tetapi ada juga penduduk desa yang dapat
mengeyam pendidikan membaca kitab-kitab suci dan menulis.
Ekonomi
Masalah perekonomian mendapat
perhatian besar pada zaman Balitung.
Misalnya dalam Prasasti
Purworejo menyebutkan tentang pendirian suatu pusat
perdagangan. Raja Tulodhong
juga sangat memperhatikan masalah ekonomi,
buktinya dapat dilihat dari
Prasasti Sukabumi yang menyebutkan tentang waduk
untuk mengatur air sungai Harinjing. Waduk itu dibuat untuk kepentingan
irigasi
sawah dan mencegah terjadinya
banjir.
5. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan penemuan prasasti,
letak Kerajaan Sriwijaya di tepi Sungai Musi, kota
Palembang, Sumatera.
Sumber-sumber Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, Palembang.
Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di desa Gandus, sebelah
barat kota
Palembang.
Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka.
Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati
segi lima tidak
berangka tahun.
Prasasti Karang Brahi, ditemukan didaerah Jambi.
Prasasti Ligor, ditemukan di Tanah Genting Kra daerah
Ligor.
Berita dari Cina,
India dan Arab
serta benda purbakala.
Candi Muara
Takus
Politik
Kerajaan Sriwijaya mencapai
zaman keemasan pada abad ke-8 dan ke-9 ketika
diperintah oleh Raja
Balaputradewa.
1) Faktor-faktor pendorong
perkembangan Kerajaan Sriwijaya
a) Keberhasilan Kerajaan
Sriwijaya menguasai perairan yang strategis.
b) Semakin pesatnya
perkembangan perdagangan yang dilakkan India dan
Cina melalui Selat Malaka
membuat posisi Sriwijaya semakin penting
c) Keruntuhan Kerajaan Fu-Nan
sehingga kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara
digantikan oleh Sriwijaya.
2) Faktor-faktor penyebab
kemunduran Kerajaan Sriwijaya
a) Adanya serangan dari Jawa
atas pimpinan Dharmawangsa
b) Adanya serangan dari
Kerajaan Chola
c) Mundurnya perekonomian dan
perdagangan Sriwijaya karena bandarbandar
penting melepaskan diri dari
Sriwijaya
d) Adanya serangan dari
Kerajaan Majapahit
e) Muncunya kerajaan Samudra
Pasai yang mengambil alih pengaruh
Sriwijaya.
Sosial
Berdasarkan berita dari Cina
diperkirakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah
dikenal sebagai pusat
pendidikan agama Budha Mahayana. I-tsing menerangkan
bahwa pendeta-pendeta Cina datang
ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta
dan menyalin kitab-kitab agama
Budha. Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai
pusat perkembangan agama Budha
terlihat dari datangnya pendeta Tantris yang
bernama Wajrabodhi.
Ekonomi
Ramainya kegatan perdagangan
India dengan Cina melalui Selat Malaka
sangat menguntungkan
Sriwijaya. Para pedagang dari kedua bangsa tersebut
singgah di pelabuhan milik
Sriwijaya, selain membayar bea masuk mereka juga
melakukan transaksi jual beli
dengan pedagang Sriwijaya.
6. Kerajaan Kahuripan
Kerajaan ini terletak di Muara
Sungai Brantas, Jawa Timur.
Politik
Menurut prasasti Calcuta,
Airlangga adalah putra Udayana dengan putri
Mahendradatta. Pada tahun 1016
Airlangga datang ke Jawa untuk melangsungkan
perkawinannya dengan putri Dharmawangsa,
namun pada saat itu Kerajaan
Dharmawangsa diserang oleh
Kerajaan Wurawari. Pada tahun 1041 Airlangga
mengundurkan diri sebagai
raja, kemudian atas saran Empu Bharada kerajaan
dibagi menjadi dua yaitu
Janggala dan Panjalu. Pada tahun 1049 Airlangga wafat
dan di makamkan di Tirtha
(Candi Belahan) yang diwujudkan dalam bentuk arca
Wisnu yang sedang menaiki
Garuda.
Arca Airlangga
yang sedang menaiki Garuda
Sepeninggalnya Airlangga,
terjadi perebutan kekuasaan antara kerajaan Jenggala
dan Panjalu namun Raja Mapanji
Alanjung Ahyes dari Panjalu berhasil
menaklukkan Jenggala, namun
pemerintahannya tidak lama karena muncul
seorang raja lain, yaitu
Samarotsaha. Setelah pemerintahannya kedua kerajaan itu
tidak ada kabar beritanya
dalam waktu lama. Setelah itu Kerajaan Kediri atau
Panjalu muncul pada tahun
1116.
Ekonomi
Raja Airlangga sangat
memperhatikan bidang pertanian. Dalam prasasti
Kelagen disebutkan tentang
pembuatan sebuah waduk atas perintah Airlangga di
Wringin Sapta untuk mengatur
aliran Sungai Brantas dan juga menyebutkan
tentang kapal-kapal dagang
yang dapat berlayar meyusuri sungai Brantas sampai
di pelabuhan Hujung Galuh
berkat adanya Waduk Wringin Sapta tersebut.
7. Kerajaan Kediri
Politik
Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
1. Raja Jayawarsa
2. Rakai Sirikan Sri Bameswara
3. Raja Jayabaya
4. Raja Sarweswara
5. Sri Aryyeswara
6. Sri Gandra
7. Kameswara
8. Kertajaya
Pada masa pemerintahan
Kameswara, seni sastra berkembang pesat, hal ini
dikarenakan :
Adanya pujangga-pujangga yang pandai
Adanya perlindungan terhadap para pujangga
Penghormatan kepada raja melalui hasil sastra
Adanya kebebasan berpikir dalam mengembangkan
kesusastraan
Pengganti Kameswara adalah
Raja Kertajaya yang kemudian dikalahkan oleh
Ken Arok dari Singosari dalam
perang di Pujon, Malang.
Ekonomi
Kediri merupakan negara yang
agraris dan maritim. Masyarakat yang
hidup di daerah pedalaman
bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil
yang melimpah karena di dukung
dengan kondisi tanah yang subur sehingga
memberikan kemakmuran bagi
rakyat.
Sosial
Kondisi masyarakat Kediri
sudah teratur, penduduknya sudah memakai
kain sampai bawah lutut,
rumahnya bersih dan rapi serta berlantai. Hukum
yang berlaku adalah sistem
denda dengan membayar emas bagi yang
bersalah, tetapi pencuri dan
perampok dihukum mati. Rakyat membayar
denda dengan hasil bumi.
8. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari didirikan
oleh Ken Arok yang kemudian ia wafat pada
tahun 1227 karena dibunuh oleh
seseorang atas perintah Anusapati yang
kemudian dicandikan di daerah
Kagenengan dalam bentuk perpaduan Syiwa
Budha. Setelah berhasil
membunuh Ken Arok, Anusapati naik tahta namun
lambat laut pembunuhan itu
terdengar sampai pada Panji Tohjaya yang kemudian
membalas kematian ayahnya
dengan cara membunuh Anusapati, keberhasilan itu
membuat Tohjaya naik tahta
sebagai raja.
Pemerintahannya hanya
berlangsung tidak lama karena pada tahun itu
terjadi pemberontakan oleh
Ranggawuni dan Mahisa Cempaka yang
menyebabkan Tohjaya mengungsi
dan pemerintahan berada pada tangan
Ranggawuni. Pada tahun 1254 ia
mengangkat anaknya Kertanegara sebagai
putra mahkota yang kemudian ia
wafat pada tahun 1268.
Candi Kidal
(tempat jenazah Anusapati dicandikan)
Didalam politik pemerintahan,
Kertanegara membagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Politik dalam negeri
Ditujukan untuk melancarkan
dan menstabilkan pemerintahan. Untuk
mencapai tujuan itu,
Kertanegara melakukan berbagai tindakan, antara lain :
1. Memecat Mahapatih Raganatha
karena dipandang kurang mendukung
gagasan raja dan
menggantikannya dengan Kebo Tengah
2. Mengangkat Banyak Wide
sebagai Bupati Sumenep
3. Mengangkat Jayakatwang
sebagai raja kecil di Kediri untuk menghindari
perselisihan
4. Mengambil Arharaja dan
Raden Wijaya sebagai menantu
5. Memperkuat angkatan perang
6. Menumpas pemberontakan
Bhayaraja dan Mahesa Rengkah
7. Mengangkat seorang kepala
agama Budha dan Brahmana
b. Politik luar negeri
Tujuan Kertanegara dalam
politik luar negerinya adalah :
1. Mempersatukan seluruh
Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singosari
2. Mengurangi pengaruh dari
dua keajaan besar yang merupakan lawan-lawan
politik Ketanegara, yaitu
Sriwijaya dan Cina Mongol
Kematian Kertanegara
mengakibatkan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang.
Sesuai dengan agamanya,
Kertanegara didarmakan (dimakamkan) di Candi Jawi
sebagai Siwa-Budha, sebagai
Wairocana-locana di Segala, dan Bairawa di Candi
Singosari.
Candi Jawi
9. Kerajaan Majapahit
Lokasi Kerajaan ini adalah di
Trowulan Mojokerto. Dalam sejarah Indonesia,
periode Majapahit merupakan
periode yang paling mengesankan karena periode
ini di Nusantara terdapat
suatu kerajaan besar yang disegani oleh mancanegara
dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh ke luar
wilayah
Indonesia.
Sumber Sejarah
Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah Mada, dan
Jiu.
Kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang
perjalanan Hayam
Wuruk ke Jawa Timur
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang pemerintahan
raja Singosari
dan Majapahit
Pararaton
Sutasoma
Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama
Politik
Setelah Kerajaan Singosari
runtuh, Raden Wijaya berhasil
menyelamtakan diri dari
kejaran pasukan Kediri. Atas nasihat Arya Wiraraja,
Raden Wijaya menyerahkan diri
kepada Jayakatwang dan menghamba
kepadanya. Setelahnya Raden
Wijaya kemudian menghimpun orang-orang
Tumapel dan Madura menjadi
pasukan untuk bersiap-siap merebut kembali
kekuasaan yang ada di tangan
Jayakatwang, setelah selesai datanglah bala
tentara dari Cina-Mongol atas
perintah Kubilai Khan untuk menghukum
Kertanegara yang telah
menghina utusannya, namun mereka belum
mengetahui bahwa Kertanegara
sudah meninggal. Akan tetapi mereka tidak
percaya dan kemudian menyerbu
Jayakatwang. Maka kesempatan ini di
ambil oleh Raden Wijaya untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang.
Dalam pertempuran itu tentara
Kediri dapat dengan mudah di
taklukkan, Jayakatwang pun
tertangkap dan dibunuh. Pada waktu tentara
Tartar hendak kembali ke
pelabuhan, Raden Wijaya kembali menyerang.
Dan setelah berhasil Raden Wijaya
dinobatkan sebagai Raja Majapahit.
1. Masa Pemerintahan
Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
Menurut Prasasti Gunung Butak
dan Kitab Pararaton, Raden
Wijaya memperistri anak
Kertanegara, yaitu :
Dyah Dewi Tribhuwaneswari;
Dyah Dewi Narendraduhita;
Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi;
Dyah Dewi Gayatri.
Akan tetapi perkawinan itu
lebih berlatar belakang agar tidak terjadi
perebutan kekuasaan di dalam
anggota keturunan Kertanegara. Pada
masa pemerintahannya, Raden
Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi
kekuatan dalam kerajaan. Pada
tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan
dimakamkan di Candi Simping
sebagai Syiwa, dan di Artahpura sebagai
Dhyani Budha. Arca
perwujudannya berbentuk Harihara (Arca
perwujudan Wisnu dan Syiwa
dalam satu Arca).
2. Masa Pemerintahan
Jayanegara (1309-1328 M)
Pemberontakan yang penting
yang pernah terjadi salah satunya
adalah pembarontakan Kuti yang
hampir membawa keruntuhan bagi
Majapahit karena berhasil
menduduki ibukota Majapahit.
Jayanegara terpaksa melarikan
diri ke desa Badader dan hanya
diikuti oleh sejumlah pasukan
dengan pimpinan Gajah Mada. Berkat
kecakapan Gajah Mada,
pemberontakan akhirnya dapat ditumpas. Pada
tahun 1328 M, Jayanegara
meninggal karena dibunuh oleh tabib kerajaan
yang bernama Tanca, yang
kemudian Tanca di bunuh oleh Gajah Mada.
3. Masa pemerintahan Tribuwana
Tungga Dewi
Pada masa pemerintahannya
telah teerjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Sadeng dan Keta
pada tahun 1331. Akhirnya menteri
pelaksana yang pada waktu itu
dalam keadaan sakit meminta bantuan
kepada Gajah Mada. Setelah
pemberontakan dapat dipadamkan, Gajah
Mada diangkat menjadi Patih
Mangkubumi Majapahit dan
mengungkapkan Sumpah Tan
Amukti Palapa. Pada tahun 1350
Tribhuwana mengundurkan diri
sebagai raja Karena ibunya meninggal,
selanjutnya tahta kerajaan
diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.
4. Masa Pemerintahan Hayam
Wuruk.
Pada masa pemerintahannya
Majapahit mengalami masa
keemasan. Sebagai raja ia
berpandang luas dan tajam serta memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada
Gajah Mada untuk menjalankan
pemerintahan karena ia
mengetahui kecakapan yang dimiliki oleh
Gajah Mada dan mempunyai
cita-cita yang sama yaitu untuk
mempersatukan Nusantara.
Pada tahun 1357 Raja Hayam
Wuruk bermaksud meminang putri
Sri Baduga yang bernama Dyah
Pitaloka. Lamaran itu diterima, bahkan
Sri Baduga sendiri yang
mengantarnya. Sesampai di Majapahit Raja
Pajajaran dan rombongannya
berkemah di Bubat menanti Hayam
Wuruk. Namun Gajah Mada
menghendaki agar Dyah Pitaloka sendiri
yang diantar oleh Raja
Pajajaran sebagai tanda tanduk kerajaan Sunda.
Maksud ini ditolak oleh Sri
Baduga dan terjadilah pertempuran yang
akhirnya Sri Baduga terbunuh
dan Dyah Pitaloka bunuh diri, peristiwa
ini disebut dengan perang
bubat.
Setelah Gajah Mada wafat,
Gajah Mungkuri diangkat sebagai
pimpinan tunggal eksekutif
kerajaan. Setelahnya Hayam Wuruk
meninggal dan di makamkan di
Candi Ngetos, Nganjuk.
5. Kemunduran Kerajaan
Majapahit
Sebab-sebab kemuduran Kerajaan
Majapahit dikarenakan oleh :
a. Terjadinya perang saudara
yaitu perang Paregreg
b. Tidak ada pembentukan kader
kepemimpinan
c. Banyak kerajaan bawahan
yang melepaskan diri dan menjadi
negara bebas
d. Masuk dan berkembangnya
agama Islam di Jawa Timur
e. Kemunduran di bidang
perdagangan karena Majapahit tidak
mampu melindungi pusat-pusat
perdagangan.
Sosial
Tata masyarakat berdasarkan
Hinduisme yaitu pembagian anggota
masyarakat kedalam empat
kasta. Sistem perundang-undangan yang
mengatur hukum sudah ada dan
orang yang terbukti bersalah melakukan
kejahatan harus dikenakan
pidana mati.
Ekonomi
Berdasarkan berita dari Ma-Huan
di Majapahit telah bermukim orangorang
asing. Hal ini menunjukkan
bahwa perdagangan di Majapahit sudah
ramai. Selain itu juga diperkuat adanya relief-relief di
Candi Tigawangi dan
Penataran yang menggambarkan
para pedagang dari desa sedang memikul
hasil bumi.
Relief Candi
Penataran yang menggambarkan kemajuan pertanian Majaahit
10. Kerajaan Sunda
Sumber Sejarah
Prasasti sang Hyang Tapak yang
memunculkan nama Kerajaan Sunda,
ditemukan di Pancalikan dan
Bantarmuncang, Sukabumi yang menggunakan
tulisan Huruf Kawi dan bahasa
jawa Kuno.
Politik Menurut kitab Carita
Parahyangan, yang menjadi Raja Sunda di Kawali
setelah Perang Bubat adalah
Rahyang Niskala Wastu Kencana, ketika di
angkat sebagai Raja, Wastu
masih kecil sehingga pemerintahan sementara di
pegang oleh Hyang Bunisora.
Setelah berusia 23 tahun,
Wastu memegang kekuasaan secara langsung.
Raja berikutnya adalah Tohaan
yang kemudian di gantikan oleh Sang Ratu
Jayadewata.
Menurut berita Portugis pada
tahun 1512 Raja Samiam dari Kerajaan
Sunda meminta bantuan kepada
Portugis. Pada masa pemerintahannya Sunda
Kelapa, jatuh ke tangan
pasukan Islam. Peristiwa ini menyebabkan
terputusnya hubungan antara
Sunda dan Portugis. Akibatnya satu demi satu
pelabuhan Kerajaan Sunda jatuh
ke tangan pasukan Islam. Pada masa
pemerintahan Raja Nusiya Mulya
keadaan kerajaan semakin lemah sampai
akhirnya jatuh ke dalam
kekuasaan Islam.
Sosial
Berdasarkan sumber Sejarah
memberikan keterangan adanya
kelompok-kelompok masyarakat
berdasarkan fungsi yaitu :
o Kelompok masyarakat
berdasarkan ekonomi, misalnya juru lukis, pande
mas
o Kelompok masyarakat yang
bertugas sebagai alat negara, yaitu mantri,
prajurit
o Kelompok rohani dan cendekiawan
yang terdiri dari memen, paraguna
Ekonomi
Kerajaan Sunda hidup dari
hasil pertanian,terutama perladangan. Selain
itu bidang perdagangan juga
sudah maju dengan didukung adanya enam
Bandar sebagai tempat perdagangan.
11. Kerajaan Bali
Sumber Sejarah
1. Prasasti Bali berisi
tentang perizinan
kepada para biksu untuk
membuat
pertapaan di bukit chintamani
2. Prasasti Blanjong yang
berbahasa Bali
Kuno.
3. Prasasti Sanur yang memakai
huruf Nagari
dengan bahasa Bali Kuno dan
Sanskerta.
Prasasti
Belanjong
Politik
Dari prasasti Belanjong dapat
diketahui bahwa pengganti Khesari
Warmadewa adalah Ugrasena,
setelah mangkat ia dicandikan di air Madatu.
Penggantinya adalah Jayasingha
Warmadewa, beliau membangun pemandian
di Desa Manukraya yaitu
pemandian Tirta Empul di Istana Tampak Siring.
Penggantinya adalah Jayasadhu
yang kemudian muncul raja perempuan yang
bernama maharaja Sri Wijaya Mahadewi.
Setelahnya yang memimpin adalah
Dharmodayana pada saat
pemerintahannya Bali semakin jelas keadaannya
terlebih lagi denagn adanya
perkawinannya dengan Gunapriya Dharmapatmi
yang kemudian mempunyai tiga
orang anak. Yang kemudian menggantikan
tahta ayahnya.
Pertempuranantara pasukan Gajah Mada dan pasukan bali
yang dipimpin oleh Kebo Iwa
yang kemudian ia berhasil membujuk Gajah
Mada untuk pergi ke Maja pahit
sesampainya di Majapahit Kebo Iwa
dibunuh. Selanjutnya Gajah
waktra yang berada di Bali ikut di bunuh dan
bali berada pada tangan
Majapahit.
Sosial
Masyarakat umumnya hidup
berkelompok dalam satu daerah dan
membagi menjadi dua kelompok
yaitu golongan Catur Warna dan golongan
luar kasta serta sebagian
besar mereka hidup bercocok tanam.
Salah satu upacara
kebaktian agama di Bali yang masih bertahan hingga sekarang
Ekonomi
Masyarakat bali umumnya hidup
bercocok tanam dan memelihara
binatang ternak. Bidang
perdagangan pada masa itu sudah cukup maju hal itu
dapat dilihat dari Prasasti
Julah yang menyebut tentang perdagangan dari
seberang yang datang dengan
kapal dan perahu berlabuh di Manasa.
D. Arsitektur Monumen
keagamaan Hindu Dan Budha di Indonesia.
Salah satu peninggalan dari zaman
Hindu-Budha yang sangat berharga sebagai
sumber sejarah Indonesia kuno adalah bidang arsitektur atau seni bangun, seperti candi.
Candi dalam agama Hindu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan raja yang
telah wafat. Arca Syiwa yang merupakan perwujudan yang melukiskan sang raja
sebagai dewa, namun sering kali arca perwujudan itu berupa lambang syiwa saja
yaitu lingga.
Candi sebagai bangunan
terdiri dari tiga
bagian yaitu
sebagai berikut :
a) Kaki candi yang melambangkan
alam bawah tempat manusia biasa
b) Badan candi yang melambangkan
alam atara tempat manusia yang telah meninggalkan
keduniawiannya dan alam
keadaan suci menemui dewanya
c) Atap candi yang
melambangkan alam atas tempat bersemanyamnya para dewa.
Berdasarkan cara
pengelompokannya candi-candi di Indonesia dapat di bagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
1) Jenis Jawa Tengah Utara
yang bersifat Syiwa
2) Jenis Jawa Tengah Selatan
yang bersifat Hindu Dan Budha
3) Jenis Jawa Timur temasuk
candi-candi di Bali dan Sumatra yang bersifat
pembauran antara Syiwa, Budha
dan kepercayaan lokal.
E. Hubungan perkembangan
tradisi Hindu-Budha dengan perubahan struktur sosial masyarakat, pendidikan,
kesenian, dan teknologi pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia
Masuk dan berkembangnya
pengaruh tradisi hindu membawa perubahan terhadap
masyarakat di kepulauan
Indonesia, yakni tampak pada susunan masyarakat Indonesia
yang berdasarkan sistem kasta
:
1. Brahmana yaitu
golongan masyarakat yang terdiri atas kaum pendeta, raja dan
pembesar kerajaan lainnya
2. Ksatriya yaitu
golongan masyarakat yang terdiri atas para bangsawan dan prajurit
atau tentara
3. Waisya yaitu
golongan masyarakat yang terdiri atas para pedagang, petani, dan
masyarakat biasa
4. Sudra yaitu golongan
masyarakat yang terdiri atas para budak dan pekerja kasar
5. Paria yaitu golongan
masyarakat yang terdiri atas penduduk pendatang dan oaringorang
yang terkena hukuman karena
melanggar aturan kasta
Penganut agama Hindu percaya
pada banyak dewa (politeisme) yang tergabung kedalam
Trimurti yaitu :
Brahmana sebagai dewa pencipta alam semesta
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta
Siwa sebagai dewa perusak alam semesta
Candi Prambanan
Candi Prambanan yang dikenal pula
dengan nama candi Loro Jonggrang terletak pada
perbatasan antara daerah Yogyakarta
dan Surakarta. Candi Prambanan merupakan bangunan suci agama Syiwa, berasal
dari abad ke-9. Seluruh komplek candi dibuat dari batu dan terdiri dari 3
halaman yang dahulu dikelilingi oleh tembok. Di halaman pusat terdapat 6
bangunan utama dalam barisan berhadapan, berderet dari Utara ke Selatan.
Sebagai candi induk adalah candi Syiwa yang menghadap ke Timur. Pada dindingnya
dipahatkan relief cerita Ramayana. Arca pusat dibilik tengah candi ini adalah
Syiwa Mahadewa. Pada bilikbilik sebelah selatan berisi arca Agastya, sebelah
utara Arca
Durga (Loro Jonggrang) dan
disebelah barat Arca Ganesya.
Disebelah selatan candi Syiwa terdapat candi Brahma yang
menghadap ke timur dengan Arca
Brahma berkepala 4 di
dalamnya. (sumber
: Ensiklopedi Indonesia)
Menurut ajaran agama Budha orang yang ingin mencapai
nirwana wajib menjalani hidup
samsara (sengsara) dengan meninggalkan
hidup kedunia dan memerangi hawa nafsu
dalam ajaran agama budha
terdapat empat kenyataan hidup yaitu :
1) Hidup adalah sengsara
2) Samsara di sebabkan oleh
mengikuti hawa nafsu ingin menguasai dunia
3) Samsara dapat dihilangkan
dengan cara memerangi hawa nafsu
4) Hawa nafsu dapat di
hilangkan dengan cara menempuh delapan jalan kebenaran
atau Dharma
Karena dalam ajaran budha
dikenal adanya sistem kasta maka banyak masyarakat
Indonesia yang berpindah
menganut agama budha karena tidak memandang status sosial
atau kedudukan seseorang dalam
masyarakat.
Beberapa sumber sejarah
menjeleskan tentang sistem dan proses pendidikan di
Indonesia antara lain
prasasti, candi, arca, kraton maupun naskah kuno. Beberapa
pengaruh tradisi Hindu-Budha
di Indonesia atara lain bentuk seni arsitektur seperti
bangunan candi. Bangunan candi
yang bercorak agama Budha di India umumnya
berbentuk stupa,tetapi di
Indonesia berbentuk punden berundak yang merupakan tempat
tinggal para Hyang (nenek
moyang). Candi sebagai tempat sementara dewa merupakan
bangunan tiruan dari tempat yang sebenarnya,yaitu gunung
mahameru selai itu biasanya
candi juga di hiasi oleh
berbagai hiasan dan pahatan seperti hiasan bunga teratai,hewan
keramat,bidadari dan arca-arca dewa adalah khas alam Indonesia,selain candi Indonesia
juga ditemukan bangunan kuil
atau pura sebagai tempat peribadatan penganut agama
Hindu.
Pada masa pengaruh tradisi
Hindu-Budha teknik bercocok tanam masih dilakukan
secara sederhana seperti
berladang yang dilakukan secara berpindah-pindah tempat dan
dikerjakan dengan peralatan
yang sederhana.
Dalam bidang teknologi
pengangkutan terjadi perubahan dan perkembangan dari
waktu ke waktu, sejalan dengan
perkembangan IPTEK yang dikuasai oleh masyarakat.
F. Faktor-faktor Penyebab
Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Bercorak Hindu-Budha.
Memasuki abad ke-15 M,Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan-Kerajaan yang
bercorak Hindu-Budha mulai
mengalami kemunduran.yang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah karena
terdesak dan terkalahkan oleh kemajuan yang dicapai oleh
kesultanan-kesultanan yang
bercorak islam.
Selain itu terjadi pula perang
saudara di Majapahit yang menyebabkan kekuatan
Majapahit menjadi lemah dan
terpecah, dalam situasi seperti ini pengawasan
pemerintahan pusat kepada raja daerah menjadi longgar
sehingga memicu raja-raja di
daerah menyusun kekuatan
sendiri, berhubungan dengan negara lain, mencari pertuanan
baru, dan selanjutnya
melepaskan diri.
Perkembangan agama Islam juga
ikut mempercepat keruntuhan Majapahit karena
raja-raja bawahan telah
memeluk agama Islam yang kemudian berpaling dari Majapahit
dan mencari pertuanan baru.
Serta munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan Islam
yang menyebabkan Bandar
Majapahit menjadi jarang dikunjungi oleh pedagang asing.
Namun dengan runtuhnya
Majapahit pada awal abad ke-16 M, Indonesia memasuki
babakan baru, yaitu periode
kesultanan-kesultanan yang bercorak Islam.
G. Tradisi Hindu-Budha di
Dalam masyarakat Setelah Runtuhnya Kerajaan Hindu-
Budha.
Pada awalnya tradisi
Hindu-Budha hanya dikenal dikalangan Keraton. Namun
tradisi itu lambat laun masuk
ke desa-desa dan bertemu dengan kepercayaan asli
masyarakat yang memuja arwah
leluhur yang menyebabkan adanya akulturasi antara
kebudayaan Hindu-Budha dengan
kebudayaan asli (lokal).
Apabila unsur kebudayaan asli di suatu tempat kuat, unsur
kebudayaan asli akan
bertahan dan berpadu dengan
kebudayaan hindu-Budha dan sebaliknya.
Runtuhnya kerajaan Majapahit
pada awal abad ke-16 menyebabkan kekuasaan
Hindu-Budha lenyap di
Nusantara,namun sampai zaman sekarang agama Hindu masih
tetap ada seperti Hindu Bali
yang juga disebut Hindu Dharma yang merupakan
percampuran antara Animisme,
Hindu dan Budha.
Menurut tradisi masuknya agama
Hindu ke kepulauan Bali diduga terjadi sejak
abad ke-7 dengan tibanya
rombongan dari Jawa yang dipimpin oleh Markandeya, dalam
proses akulturasi antara
kebudayaan Bali asli dengan kebudayaan Hindu yang
menyebabkan adanya aliran Hinduisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar